1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian Islam bisa kita bedah dari
dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan,
Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk
aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang
yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang
Muslim.
Islam dari segi kebahasaan mengandung
arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya
mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu
dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau
berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk
yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi
istilah, banyak para ahli yang mendefinisikannya, di antaranya Prof. Dr. Harun
Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama)
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia
melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai
segi dari kehidupan manusia.
B. TUJUAN
·
Mengetahui bagaimana keadaan agama Islam pada masa
pembangunan.
·
Mengetahui organisasi – organisasi apa saja yang ada pada
Islam
·
Mengetahui peranan organisasi – organisasi Islam
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keadaan agama Islam
pada masa pembangunan?
2. Apa saja organisasi Islam pada
masa pembangunan?
3. Apa peranan organisasi tersebut?
Peranan Umat Islam Setelah Kemerdekaan
( Pembangunan)
Pengertian
Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek
peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada
Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.
Islam dari segi kebahasaan mengandung
arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya
mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu
dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau
berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk
yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi
istilah, banyak para ahli yang mendefinisikannya, di antaranya Prof. Dr. Harun
Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama)
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia
melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi
dari kehidupan manusia.
Sementara itu Maulana Muhammad Ali
mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu
keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti
nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja
dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al
Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk
sepenuhnya pada undang-undang Allah.
Di kalangan masyarakat Barat, Islam
sering diidentikkan dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan.Peristilahan
ini timbul karena pada umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada
nama pendirinya. Di Persia misalnya ada agama Zoroaster. Agama ini disandarkan
pada nama pendirinya, Zarathustra. Agama lainnya, misalnya agama Budha, agama
ini dinisbahkan kepada tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha (lahir 560 SM).
Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews)
yang berasal dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.
Penyebutan istilah Muhammadanism dan
Muhammedan untuk agama Islam, bukan saja tidak tepat, akan tetapi secara
prinsip hal itu merupakan kesalahan besar. Istilah tersebut bisa mengandung
arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad,
sebagaimana perkataan agama Budha yang mengandung arti agama yang dibangun
Sidharta Gautama Budha atau paham yang berasal dari Sidharta Gautama. Analogi
nama dengan agama-agama lainnya tidaklah mungkin bagi Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut, Islam
menurut istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari
Allah swt, bukan berasal dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam
agama Islam diakui sebagai orang yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran
Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi
terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan tata cara ibadahnya.
Keterlibatan nabi ini pun berada dalam bimbingan wahyu Allah swt.
Dengan demikian, secara istilah, Islam
adalah nama agama yang berasal dari Allah swt. Nama Islam tersebut memiliki
perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai
hubungan dengan orang tertentu, golongan tertentu, atau negeri tertentu. Kata
Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah swt. Hal itu dapat dipahami dari
petunjuk ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan Allah swt.
Dalam konteks dunia Islam muncul
Tripologi pemikiran politik tentang konsep agama dan politik sebagaimana yang
disebutkan oleh Ma’mun Murod Al Brebesy dalam bukunya “Menyikapi Pemikiran
Politik Gusdur dan Amien Rais Tentang Negara”.
1. Aliran ini berpendirian bahwa
Islam bukanlah agama sebagaimana dalam pengertian barat yang hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi Islam merupakan agama penyempurna yang
mengatur segala aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan bernegara, pemikiran
ini diwakili oleh M.rasyid ridho, Al Maududi dan M.Qutb.
2. Aliran yang kedua ini
berpendirian bahwa Islam sebagai agama dalam pengertian barat yang tidak
berkaitan dengan urusan keagamaan. Kehadiran Muhammad sebagai rasul tidak
pernah dimaksudkan untuk mendirikan atau mengepalai suatu Negara. Pemikiran ini
diwakili oleh Ali Abdul Al raziq.
3. Aliran pemikiran yang
ketiga ini menolak pandangan Islam sebagai agama yang serba lengkap dan bahwa
dalam Islam terdapat sisitem ketatanegaraan, aliran ini berpendirian bahwa
dalam Al-qur’an tidak terdapat sistem politik tetapi terdapat seperangkat
nilai, etika bagi kehidupan, dan berkelangsungan suatu sistem politik. Aliran
ini diwakili oleh M.Abduh dan M.Husein Haikal.
Melihat Tripologi di atas, sistem atau
pemikiran politik yang saat ini sesuai dan diterapkan di Indonesia adalah
aliran yang ketiga, yakni yang di wakili oleh M.Abduh danM.Husein Haikal.
Haikal mengatakan, umat Islam tidak perlu kembali melihat pemerintahan klasik
Islam, sebab sangat beragam dan kontekstual. Umat Islam harus melihat yang
terbaik untuk dirinya pada saat ini yang menjamin hak dan kewajiban dengan
prinsip-prinsip Islam yang berangkat dari ketauhidan, keadilan, kemerdekaan dan
persamaan derajat. Dengan kata lain, menurut Haikal sistem pemerintahan yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam adalah sisitem yang menjamin kebebasan
dan berasaskan prinsip, bahwa pengangkatan kepala Negara dan kebijaksanaannya harus
berdasarkan atas persetujuan rakyat, bahwa rakyat berhak mengawasi pelaksanaan
pemerintahan dan meminta pertanggungjawaban.
Sejarah
Islam di Indonesia
Pengaruh Islam terhadap perpolitikan
nasional punya akar sejarah yang
cukup panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah
berdiri beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air
berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Salah satu penyebabnya adalah karena
umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam
sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi
sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa
memberikan kontribusi bagi bangsa ini.
Berikut ini merupakan uraian mengenai
kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di setiap
era/ masa bangsa ini:
Era
Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya
Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke- 7 Masehi melalui jalur pelayaran yang bersifat internasional
melalui selat malaka yang menghubungkan dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Jauh sebelum penjajah kolonial masuk
ke tanah air, sudah berdiri beberapa pengaruh Islam terhadap perpolitikan
nasional yang memiliki akar sejarah yang cukup panjang dengan ditandai oleh kerajaan-kerajaan islam. Kejayaan
kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16
Masehi.
Pada perkembangannya, Islam mengalami
pertumbuhan yang begitu pesat, terbukti dengan berdirinya Kerajaan Islam
pertama di Indonesia salah satunya yaitu Samudera Pasai di Aceh. Pada abad
ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya
mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya
yaitu VOC, sejak saat itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat
itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi
atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Era Kolonial
dan Kemerdekaan (Orde Lama)
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat
dilepaskan terhadap pembangunan politik di Indonesia baik pada masa kolonial
maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam harus
berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan
Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala
intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan
NKRI. Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan
Undang-Undang Dasar Negara
Para pemimpin Islam terutama dari
Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah
Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57
hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada
tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis
negara.
Era Orde
Baru
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya
asas di dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh
ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam.
Politik Islam terpecah menjadi dua
kelompok. Kelompok
pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan
konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang
mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia
politik
Era
Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era
reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan
rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin
Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi
adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama. Muncul juga
nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan
Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam
panggung politik pun semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan
dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam
selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas.
Partai-partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. Kemudian
bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan
Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Dalam kondisi bangsa yang sangat
memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam untuk terjun dalam
perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain di wilayah
pinggiran sejarah. Umat
Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal,
cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.
Peran Islam
Terhadap Pembangunan di Indonesia
Peranan Umat Islam pada Masa
Pembangunan
Berkat rahmat Allah SWT, usaha perjuangan kaum muslimin dan
seluruh lapisan masyarakat berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
proses perjuangan yang panjang dalam merebut kembali kemerdekaan yang
telah dirampas oleh penjajah, telah banyak mengobarkan berupa harta benda, jiwa
dan raga kaum muslimin.
Setelah merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum
muslimin secara bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala
bidang, pembangunan fisik material berupa perbaikan sarana transportasi,
pertanian, perumahan dan perekonomian, sehingga pembangunan fisik material
secara bertahap makin lama makin meningkat. Pembangunan bidang mental seperti
meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama, meningkatkan
pendidikan, mengembangkan kehidupan dan sosial kemasyarakatan yang aman tertib
dan rukun juga dilaksanakan.
Kaum muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu
dengan menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama
segenap anggota bangsa Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya
sendiri. Pemerintahan dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan,
ketertiban dan kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian
juga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil
dan makmur dengan penuh limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan
cita-cita kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.
Peranan Organisasi Islam dalam
Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina
dan mendidik umat dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat
perjuangan menentang penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya
tetap terus dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang
penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap giat, semangat dan etos kerja
untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan,
kecerdasan dan kualitas masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan
pada jalur sekolah. Didirikanlah oleh organisasi-organisasi Islam berbagai
lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar seperti SD, SMP, pendidikan
menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi seperti Universitas dan Institut
yang tersebar diseluruh daerah. Diantara oragnisasi Islam yang giat dalam
bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI,
PUI, Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
Peranan Para Individu Muslim
dalam Pembangunan
Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional
bukan hanya mereka yang tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara
pribadi baik sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR,
pengusaha, Cendikiawan, petani, guru, pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya
melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesi dan keahliannya
masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi keagamaan, mereka menyumbangkan
dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang menjadi umat Islam tidak harus
menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al Qur’an orang Islam
yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada Allah dan beramal
shaleh, dimanapun mereka berada.
Peranan Lembaga Pendidikan dalam
Masa Pembanguna
Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan
pembinaan, peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui
pendidikan pada jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang
melalui jalur pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum,
seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama
seperti IAIN
Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan
bertambah meningkat dan Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan
meningkatnya kualitas masyarakat maka hasil kerja masyarakatpun semakin
meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat melalui jalur luar sekolah,
antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al Qur’an,
kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan kelembagaan pendidikan
Islam dalam pembangunan pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya
manusianya sebagai pelaksana pembangunan itu sendiri.
Pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dan bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
Islam tidak bisa dipandang sebelah
mata. Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum
bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini,
pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena
umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam
sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi
sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa
memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Pengaruh Islam terhadap perpolitikan
nasional punya akar sejarah yang
cukup panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah
berdiri beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air
berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat
dilepaskan terhadap pembangunan politik di Indonesia baik pada masa kolonial
maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam harus
berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan
Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala
intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan
NKRI. Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan
Undang-Undang Dasar Negara. Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam
pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang
tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57
hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada
tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis
negara.
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya
asas di dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh
ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam. Politik Islam
terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan
konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang
mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia
politik.
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era
reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan
rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para
pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung
reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama.
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak
Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan
Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam
panggung politik pun semakin diperhitungkan. Umat Islam mulai kembali
memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam.
Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas.
Partai-partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. Kemudian
bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan
Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Organisasi-Organisasi
Islam di Indonesia
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji
Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya
ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah
bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan social menuju kepada tercapainya
kebahagiaan lahir batin.
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai
berikut.
1) Memajukan pendidikan dan pengajaran
berdasarkan agama Islam.
2) Mengembangkan pengetahuan ilmu
agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha
yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1) Mendirikan
sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai dengan perguruan
tinggi).
2) Mendirikan
poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid
3)
Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk
mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan
memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita
yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon ( HW ).
Muhammadiyah sebagai gerakan islam
modernis sejak awal kelahirannya telah memilih jalan pergerakan di wilayah
social-keagamaan yang memusatkan perhatian pada cita-cita pembentukan
masyarakat (masyarakat islam atau masyarakat utama) ketimbang bergerak di
lapangan politik dengan melibatkan diri dalam kancah perjuangan
politik-protaktis (riel politics) yang memperebutkan kekuasaan dalam
pemerintahan dan lebih jauh lagi mencita-citakan pembentukan sistem Negara.
Dengan orientasi gerakan social-keagamaan itu Muhammadiyah berhasil melakukan
transformasi social ke berbagai struktur dan proses kehidupan masyarakat secara
langsung, operasional, dan relative dapat diterima oleh banyak kalangan
masyarakat. Melalui peranannya ini, di belakang hari Muhammadiyah telah
menghadirkan ideology gerakan islam yang bercorak cultural dan bersifat modern
yang melakukan perubahan-perubahan social dari kehidupan yang bercorak
agraris-pedesaan keindustrial-perkotaan yang waktu itu merupakan fenomena baru
dalam gerakan islam pada awal abad ke-20.
Dapat diakui saat ini bahwa
persyarikatan Muhammadiyah adalah suatu organisasi social kemasyarakatan islam
modern yang terbesar di seluruh dunia islam. Di samping itu juga tidak dapat di
sangkal bahwa keberhasilan kiprah amaliah Muhammadiyah di bidang pendidikan dan
pelayanan social kepada masyarakat sangat besar, dengan kata lain Muhammadiyah
merupakan organisasi yang luar biasa. Dalam usianya yang lebih dari 80 tahun,
Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 13.000 sekolah dari jenjang pendidikan
TK, SD, SLTP sampai ke SMU, juga Madrasah Diniyah dan Madrasah
Muallimin/Muallimat serta pondok pesantren. Belum terhitung lebih dari 60
perguruan tinggi dan akademik tersebar di seeluruh nusantara.
Dalam bidang pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 400 unit usaha
yang berupa rumah sakit umum, poliklinik, BKIA, panti asuhan dan yatim piatu,
dan pos santunan social serta lebih dari 3000 mesjid. Hal lain yang perlu
dicatat adalah bahwa prestasi Muhammadiyah yang gemilang itu dicapai melalui
pendekatan terbuka, ramah, dan bersahabat dengan semua pihak, dan menempuh
jalan yang dibenarkan oleh undang-undang yang berlaku serta tidak bersikap
tertutup dan ekslusif. Salah satu kunci utama dari keberhasilan Muhammadiyah
adalah sikapnya yang steady dan konsisten dengan maksud pendirian
persyarikatan.
Muhammadiyah pada masa orde baru itu
telah mengikrarkan diri untuk tidak mengulangi kesalahan politik yang sama
seperti yang dilakukan pada masa Orde Lama dengan terlibat dalam Masyumi selama
lebih dari sepuluh tahun. Melalui Tanwir Ponorogo dan Muktamar ke-38 di Ujung
Pandang pada 1971, organisasi ini menegaskan pendirian
politiknya bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dan bukan merupakan bagian dari
partai politik tertentu. Sejak itulah Muhammadiyah dari tingkat pusat hingga
ranting, memberikan keleluasaan kepada anggotanya secara individu untuk
menyalurkan aspirasi politik kepada partai politik yang ada sepanjang tidak
menyimpang dari garis perjuangan Muhammadiyah.
Nahdhatul
Ulama (NU)
Pada mulanya NU merupakan organisasi social keagamaan dari kelompok islam
tradisionalis. NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Pendirian
NU ini sebagai usaha menahan perkembangan paham pembaharu islam di Indonesia.
Pada waktu itu paham pembaharuan masuk ke Indonesia yang di bawa oleh para
jama’ah haji yang pulang ke Indonesia. Seruan yang dikumandangkan adalah
perlunya kembali kepada Al-qur’an dan hadits nabi sebagai sumber utama ajaran
Islam. Masih terbukanya pintu ijtihad dan melarang praktik-praktik yang tidak
sesuai dengan islam berupa bid’ah dan khurafat.
Dengan tumbuhnya paham pembaharuan islam ini, kelompok islam tradisionalis
berusaha menjaga paham yang selama ini dilaksanakan dengan membentuk
organisasi, yang dinamakan Nahdhatul Ulama (kebangkitan ulama). Organisasi ini
didirikan dimaksudkan juga dalam rangka mempertahankan ajaran-ajaran 4 mazhab (
Hambali, Hanafi, Syafi’I, dan Mhaliki ), terutama mazhab Syafi’i. Pendiri NU
adalah KH. Hasyim As’ary, dan KH. Wachab Hasbullah.
NU pada masa pergerakan terus berkembang dan tetap menjadi organisasi social
keagamaan dan pendidikan. Sebagai pusat dari pergerakan organisasi ini adalah
pesantren-pesantren dengan Kyai sebagai ujung tombaknya. Meskipun bergerak
dalam bidang social keagamaan dan pendidikan, NU juga pernah bergabung dalam
GAPI dan menyerukan jihad untuk melawan penjajahan.
Ketika Indonesia merdeka, NU
merupakan salah satu pilar partai politik Masyumi. Bersama-sama dengan
Muhammadiyah, organisasi Islam pembaharu, NU mendirikanpartaipolitik Masyumi.
Partai ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai Islam di Indonesia sebagai
alat perjuangan dan aspirasi umat Islam Indonesia. Namun dalam perkembangan
kemudian, karena ada salah paham dan pandangan yang berbeda denagan
unsure-unsur dalam tubuh Masyumi. Dalam Muktamar yang diselenggarakan di
Palembang tahun 1952, NU menyatakan sebagai partai politik yang berdiri sendiri
dan tidak lagi menjadi bagian dari Masyumi.
Dengan keluarnya NU dari Masyumi maka
orang Masyumi yang duduk dalam cabinet dari unsure Nu tidak lagi atas nama partai
Masyumi tetapi atas nama partai NU. Dengan demikian karena NU memiliki massa
yang banyak, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kekuatan NU menjadi sangat
menentukan dalam setiap menyusun cabinet. Oleh karena itu, setiap penyusunan
cabinet NU selalu menjadi partai politik yang harus dilibatkan dalam koaliisi
pembentukan cabinet. Dengan kata lain, NU merupakan unsur dalam koalisi
pembentukan cabinet. Dalam konteks itu maka bagi siapa saja, baik itu kalangan
nasionalis (PNI) atau Masyumi harus mengajak NU dalam koalisi membentuk
cabinet.
Hubungan
Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama
Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
adalah dua organisasi “terbesar” di Indonesia. Kata “terbesar”sengaja diberi
tanda kutip karena awalan “ter” seharusnya menunjuk pada satu objek, bahkan
dua. Keduanya disebut “terbesar” untuk menunjukkan betapa sulitnya menentukan
mana yang satu di antara keduanya yang lebih besar. Masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa di ukur secara matematis.
Satu hal yang tidak bisa dimungkiri
bahwa jika NU memiliki puluhan atau bahkan ratusan pesantren maka muhammadiyah
memiliki lembaga pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi yang kurang lebih
sama jumlahnya. Jika tokoh-tokoh NU memiliki puluhan LSM, Muhammadiyah pun memiliki
lembaga-lembaga sosial yang tidak kalah, baik secara kualitas maupun kuantitas,
dengan LSM NU. Alhasil, NU dan Muhammadiyah adalah dua aset bangsa yang tak
ternilai harganya. Mengingat begitu signifikannya peran kedua organisasi ini,
banyak kalangan berpendapat, jika di antara keduanya tidak ada masalah maka
selesailah, minimal setengah dari persoalan bangsa ini.
Sebaliknya, jika keduanya bertikai
maka akan runyamlah nasib bangsa ini. Karenanya program mendamaikan dan atau
mempertemukan keduanya terasa begitu urgen. Namun, sejauh mana upaya ini
mungkin di lakukan akan sangat tergantung pada 2 faktor, pertama menyangkut
latar belakang kelahiran kedua organisasi ini yang secara langsung terkait
dengan paham keagaman yang diyakini dan diinterpretasikan oleh keduanya. Kedua,
watak politik antara keduanya yang juga sedikit banyak dipengaruhi paham
keagaman yang diyakini dan diinterpretasikan oleh keduanya.
Penutup (Kesimpulan)
Agama tidak hanya mendukung
pembangunan, pengembangan dan kemajuan di berbagai bidang, tetapi ia pun
menuntut setiap hari yang dilalui umat manusia lebih baik dari hari sebelumnya.
Hanya saja, pembangunan dan kemajuan ini harus berlangsung dalam kerangka prinsip,
batasan, dan hukum Islam. Karena pada dasarnya, kesejahteraan hakiki manusia di
dunia ini, selain juga kesejahteraan di akheratnya, bisa diperoleh hanya dengan
jalan ini. Jika tidak demikian, bukankah kerusakan dan kejahatan yang kian
merajalela saat ini, baik yang bersifat kejiwaan, moral, ataupun pemikiran di
Barat sekarang ini, dengan segenap pembangunan dan kemajuan yang mereka capai,
adalah hal yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Dalam kondisi bangsa yang sangat
memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam untuk terjun dalam
perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain di
wilayah pinggiran sejarah. Umat
Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal,
cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.
Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam panggung
politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan
lil alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.
Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI, umat Islam
mayoritas penduduk, tampil dibarisan terdepan dalam perjuangan, baik
perjuangan politik maupun perjuangan diplomasi.
Peranan organisasi Islam dalam masa Pembangunan.Peranan Muhammadiah dalam pembangunan
antara lain:
-Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuantinggi,
berbudi luhur dan bertaqwa kepada Tuhan YME
-Melakukan usaha-usaha dibidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
NU, yang pernah berkifrah dibidang politik dalam perkembangan
selanjutnya NU bergerak dibidang agama, sosial dan kemasyaraktan.
Usaha-usaha NU antara lain:
-Mendirikan madrasah-madrasah-Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan
pesantren-pesantren
-Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin
MUI adalah organisasi keilmuan yang bersifat independen tidak beraviliasi
kepada salahsatu aliran politk, mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada di
Indonesia.
Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah :
-Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosialkemasyarakatan
kepada pemerintah dan umat Islam di Indonesia pada umumnya,sebagai amar ma’ruf
nahyi munkar dalam usaha meningkatkan ketahanan sosial.
-Memperkuat ukhuah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan antar
umat beragama dalam mewujudkan persataun dan kesatuan nasional.
-MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi
penerjemahtimbal balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesi guna
menyukseskan pembangunan nasional.Pada masa pembangunan ini terdapat pula
organisasi Islam yang menampung pada cendekia muslim yang di sebut ICMI.
ICMI lahir pada Desember 1990 dan berkifrah pada hampir semua aspek
kehidupan bangsa.
Peranan Lembaga Pendidikan dalam Pembangunan.Lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung oleh pemerintah Depag
seperti: MIN, MTsN, MAN, IAIN.Sealin itu, adapaula lemabaga-lembaga pendidikan
Islam yang dikelola oleh swasta,tapi dibawah pengawasan serta pembinaan Depag,
seperti: Bustanul Athfal, MI, MTs,MA dan perguruan tinggi lainnya.
Peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
-Melakukan usaha-usaha agar masyarakt Indonesia bertaqwa kepada tuhanYME
-Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara-Memupuk persataun dan
kesatuan umat-Mencerdaskan bangsa Indonesia-Mengadakan pembinaan mental
spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar