Fitrah dasar yang ada pada bani Adan adalah
tauhid, itulah tujuan mereka diciptakan. Berdasarkan perintah Allah melalui
lisan para Nabi dan Rasul-Nya:
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali
tak ada Illah bagimu selain-Nya”(QS. Al-a’rof:59)
Demikianlah umat manusia berada di atas
fitrah tersebut. Mereka semua berada di atas Dienul Islam, di atas Tauhid,
ikhlash, fitrah, kebenaran dan istiqomah. Mereka adalah umat yang satu, di atas
dien yang satu dan menyembah Rabb yang satu.
Mulai dari zaman bapak kita nabi Adam
‘alaihis salam hingga sebelum zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Mereka berada di
atas hidayah dan di atas syai’at yang haq karena pada saat itu mereka mengikuti
ajaran nabi.
Syirik yang terjadi di kalangan kaum Nuh
‘alaihis salam karena sikap mereka yang berlebihan terhadap kuburan
Demikianlah makar setan terhadap mereka
dengan menghembuskan api perselisihan diantara mereka sehingga mereka
meninggalkan ajaran rasul, memperdayakan mereka sehingga mengagungkan
orang-orang yang sudah mati dan bermukim di kuburan-kuburan mereka. Kemudian
setan memperdaya mereka sehingga membuat gambar dan patung oarng-orang yang
sudah mati itu. Ahirnya memperdaya mereka sehingga menyembah patung-patung
tersebut. Orang-orang musyrik di kalangan kaum Nuh adalah kaum yang pertama
kali melakukan kemusyrikan. Bentuk kemusyrikan yang pertama kali mereka lakukan
adalah pengagungan orang-orang mati itulah syirik ardhi, syirik yang pertama
kali terjadi di alam ini. Dan Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang di utus kepada
kaum musyrik tersebut.
Berkenaan dengan firman Allah Subhanahu
Wata’ala:
Dan mereka berkata, ” jangan sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd , dan jangan pula Suwa’, Yagus,
Ya’uq, dan Nashr.”
Imam Bukhori meriwayatkan dalam shahih-nya
dari Ibnu Abbas sebagai berikut:
“ berhala-berhala yang pertama kali ada di
kalangan kaum Nabi Nuh: Wadd adalah milik kabilah Kalb di daerah Daumatul
Jandal, semetara Suwa’ adalah milik kabilah Hudzail sementara Yaghuts milik
kabilah Murad kemudian menjadi milik bani Ghuthaif di daerah Jauf, sedangkan
Ya’uq milik kabilah Hamdan dan berhala Nashr milik kabilah Himyar dari keluarga
Dzil Kala’. Itu adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka
mati, setan membisikkan kepada kaum mereka agar membuat patung di majelis yang
biasa mereka adakan dan agar menamakannya dengan nama-nama mereka. Merekapun
melakukannya dan ketika itu patung-patung itu belum di sembah. Ketika generasi
mereka berahir dan ilmu telah di lupakan ahirnya patung-patung itu di sembah.”
Tatkala manusia telah menyembah berhala,
menyembah thaghut dan terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran, maka Allah
mengutus Rasul pertama kepada penduduk bumi sebagai rahmat-Nya kepada mereka,
rasul itu adalah Nuh ‘alaihis salam bin Yardah bin Mahil bin Qainan bin Anusy
bin Syits bin Adam ‘alaihis salam.
Antara Nuh dan Adam berselsh lebih kurang
sepuluh kurun, mer eka semua berada di atas dienul Islam, sebagaimana
disebutkan dalam shahih Bukhori dari Ibnu Abbas: “ Nabi Nuh hidup di tengah
kaumnya selama 950 tahun. Ia terus mengajak mereka beribadah kepada Allah
semata tiada sekutu bagi-Nya dan melarang mereka menyembah selain-Nya.”
Syirik dalam bentuk penyembahan
bintang-bintang yang pertama kali terjadi di muka bumi di kalangan kaum Ibrahim
‘alaihis salam
Tatkala perbuatan syirik dalam bentuk baru
telah menyebar di permukaan bumi berasal dari ajaran Ash Shabi’ah di Horran.
Kaum musyrikin penyembah bintang-bintang, matahari, bulan di Kabul dan
penyembah patung di Babilonia serta para Namrudz dan Fir’aun, penguasa bumi di
timur dan di barat. Mereka adalah kaum musyrikin penyembah bintang-bintang dan
merupakan syirik samawi setelah syirik ardhi yang dilakukan oleh kaum
musyrikin penyembah kubur pada zaman Nabi Nuh. Ketika itu penduduk bumi
seluruhnya kafir kecuali nabi Ibrahim al Khalil ‘alaihis salam dan istrinya,
Sarah serta anak sudaranya, Luth ‘alaihis salam. Maka Allah mengutus Rasul-Nya,
imam oara hunafa’, bapak para nabi, penggaga smillah yang murni, Ibrahim
Khalilurrahman dari tanah Babilonia, beliau adalah: Ibrahim bin Azar - dia
dalah tarikh- bin Nahur bin Sarugh bin Raa’u bin Faligh bin ‘Anyar bin Syalikh
bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh ‘alaihis salam.
Pertama kali terjadinya dua jenis syirik
(syirik ardhi dan syirik samawi) di kalangan bangsa arab dan bangsa lainnya,
serta di utusnya Rasulullah, penutup para nabi
Demikianlah secara silih berganti nabi-nabi
dari kalangan Bani Israil diutus, yang terahir adalah Al-Masih Isa bin Maryam.
Tatkala pengutusan para nabi dan rasul terputus selama beberapa kurun secara otomatis
kedua jenis syirik (syirik ardhi dan samawi) merajalela di atas muka bumi. Di
kala itu bangsa Arab masih memegang teguh warisan bapak mereka, Ibrahim
‘alaihis salam. Hingga ketika Amru bin Luhaiy al Khuza’i mengunjungi negri Syam
di Balqa’ menyembah berhala, mereka mengharapkan keuntungan dan menolak bala’
melalui berhala tersebut. Ia pun membawa berhala seperti itu di kota Makkah.
Ketika itu pengelolaan Baitullah Al Haram berada di tanga Bani Khuza’ah. Dan
dari oleh-oleh perjalanan yang membawa petaka itu, dialah yang pertama kali
menyimpang dari millah Ibrahim. Ia memajang berhala-berhala di Baitullah Al
Haram, dialah yang pertama kali mensyari’atkan al Bahirah(1), As Saaibah(2), Al
Washilah(3), dan Al Haam(4).
Sejak itulah orang-orang Arab menyembah
berhala-berhala. Berhala tertua adalah Manaat yang terletak di daerah pinggiran
pantai di Qudeid antara Makkah dan Madinah, kemudian Al Latta di Thaif, yaitu
batu persegi empat tempat orang-orang Arab menumbuk biji-biji gandum, kemudian
al ‘Uzza terletak di Wadi Nakhlah setelah Asy Syaraai’ sebelah timur di luar
kota Makkah.
Kemudian bermunculanlah berhala0berhala di
jazirah Arab. Hingga setiap kabilah memiliki berhala tersendiri dalam bentuk
pepohonan, bebatuan, kurma dan sebagainya. Hingga di sekeliling ka’bah terdapat
360 berhala. Bahkan setiap keluarga memiliki berhala di rumah mereka
masing-masing.
Kemudian tidak perlu di tanya lagi bagaimana
berhala-berhala ini menyebar di tengah-tengah manusia. Penyembahan api dan
bintang di kalangan bangsa Persi, Majusi dan Ash Shaaibah serta umat-umat
lainnya, di antara mereka yang menyembah air, ada yang menyembah hewan, dan ada
pula yang menyembah malaikat.
Diantara mereka ada yang berkeyakinan bahwa
pencipta ada dua. Mereka adalah Al Tsanawiyyah dari penganut agama Majusi.
Mereka lebih sesat daripada kaum musyrikin Arab. Mereka menyembah cahaya, api,
air, dan tanah. Demikian pula yang terjadi pada umat-umat yang lainnya, seperti
Ash Shaaibah, Ad Dahriyyah, Al Falasifah, Al Malahidah, dan lain-lain. Imam
Ibnu Qoyyim telah menjelaskan secara rinci tentang aliran-aliran mereka dan
sesembahan-sesembahan mereka dalam kitab Ighatsalul Lahfan II/203-320.
Kepustakaan :
- Al- Qur’anul ‘Azhim_Ibnu Katsier
- Shahih Bukhori_ Imam Bukhori
- Propaganda Sesat Penyatuan Agama_ Bakr bin Abdullah Abu Zaid
SEBAB TERJADINYA KESYIRIKAN
Di antara faktor yang menyebabkan timbulnya syirik adalah sebagai berikut :
1. Mengagumi dan mengagungkan
sesuatu
Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang agung dan
luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk mengagungkan. Pada
dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak
membahayakan keimanan. Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan
atau menghormati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau
menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan mengagungkan
ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala mengagungkan itu dilakukan
secara berlebih-lebihan yang membawa kepada kultus, yaitu memberikan sebagian
sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah kepada makhluk. Dari penyimpangan inilah
banyak timbul kemusyrikan dalam sejarah umat manusia. Sebagai contoh kaum Nabi
Nuh as. mempunyai beberapa patung berhala yang mereka jadikan tuhan yang
disembah, seperti Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Yaghuts, Ya'uq dan Nasr ini dulunya
nama orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam dan nabi Nuh.
Mereka punya para pengikut yang meneladani kehidupan mereka. Setelah mereka
wafat, para pengikutnya itu berkata : Seandainya mereka kita gambar atau kita
bikin patung, tentu kita akan lebih khusyu' dalam beribadah jika kita ingat
mereka. Lalu para pengikut itupun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh
tersebut. Ketika para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi
berikutnya. Kepada generasi ini, Iblis membisikkan dengan mengatakan : Orang-orang tua kamu dulu
menyembah mereka dan meminta hujan kepada mereka. Akhirnya merekapun menyembah gambar-gambar atau patunpatung
yang dibikin orang-orang tua mereka. Dalam hal ini Allah berfirman :
قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ
يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا (21) وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا
(22) وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا
وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (23)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku,
dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah
kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat
besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS.
Nuh/71 : 21-23)
2. Cenderung mengimani yang
konkrit dan lalai mengimani yang abstrak
Dalam diri manusia terdapat dua
kecenderungan fitrah yang sempurna. Pertama, kecenderungan mengimani yang
bersifat nyata atau konkrit, yakni yang dapat ditangkap oleh indera baik
penglihatan, pendengaran, ciuman, rasa
atau sentuhan. Kedua, kecenderungan mengimani yang ghaib, yakni yang tidak
tertangkap oleh indera. Kalau kecenderungan pertama di atas selain dimiliki oleh manusia, juga oleh makhluk lain, namun kecenderungan
kedua khusus dimiliki oleh manusia. Inilah karunia, kemuliaan dan sekaligus keistimewaan yang
diberikan Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.
Namun fitrah manusia yang
mempunyai kecenderungan untuk mengimani yang ghaib ini sedikit demi sedikit
akan pudar jika tidak diperhatikan dan
diberikan santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya
melalui amal shaleh. Dengan demikian manusia mulai lalai mengimani yang ghaib
dan sedikit demi sedikit cenderung hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap pertama dari
kelalaian ini, seorang musyrik tidak mengingkari adanya Allah, tapi ia mencari
bentuk nyata yang menurut khayalannya bisa ditambahkan sebagian sifat-sifat
Allah seperti memberikan manfaat dan bahaya, mengetahui yang ghaib,
mengendalikan urusan bersama-sama dengan Allah. Sekalipun ia mengetahui bahwa
Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun yang menyamainya, namun ia
mengklaim bahwa seseorang ( Nabi, wali
Allah, atau orang shalih), malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat
atau bahaya, mengabulkan permohonan, melapangkan rezeki bagi yang
dikehendakinya, mengetahui yang ghaib dan menyampaikannya kepada orang yang
mampu menerimanya.
Contoh bentuk di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah,
mereka mengetahui bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun mereka
menyekutukan Allah dengan jin, malaikat, berhala yang mereka sembah, mereka
menyangka bahwa sembahan-sembahan itu dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin
Maryam adalah anak Allah.
Dan pada tahap akhir, kelalaian
di atas dapat membawa seseorang untuk mengingkari adanya Allah. Hal ini
seperti yang terjadi pada orang-orang Mesir Kuno pada zaman Fir’aun yang
mengklaim bahwa dewa Ra adalah sebagai pencipta,
pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang membangkitkan dan
menghisab manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan orang-orang Majusi
yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan itu juga
orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah Allah.
Juga orang-orang Yahudi yang berkata
kepada nabi Musa bahwa nereka tidak beriman kepada beliau sebelum melihat Allah
secara terang-terangan. Mereka juga menyembah anak sapi dan menjadikannya
sebagai tuhan.
3. Dikuasai nafsu
Di antara penyakit yang
meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada kemusyrikan ialah selalu mengikuti
kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah manusia bersih dan lurus, ia
akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah
dan mengharapkan ridha-Nya. Namun
ketika seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun merasa sempit untuk
menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih cenderung untuk
mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang
bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah
benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan ajaran-ajaran Allah
itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena hawa nafsu menguasai
mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh karena itu mereka
mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran atau aturan yang
tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku bahwa ajaran
yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk diikuti
dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka jatuh
pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah berfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ
أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab
(tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa
nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS.
Al-Qashash/28 : 50)
4. Sombong dalam beribadah kepada
Allah
Sombong juga merupakan penyakit
yang dapat menimpa fitrah manusia sehingga
ia menyimpang dari bentuknya
yang lurus dan menjatuhkannya dalam kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat,
dimulai dari menganggap remeh terhadap manusia dan berakhir dengan tidak mau
beribadah kepada Allah.
Pada umumnya sifat sombong
terdapat pada jiwa orang yang berhasil memperoleh kesenangan kehidupan dunia,
seperti harta, jabatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan semacamnya. Namun sifat
sombong bisa juga menimpa setiap jiwa yang sakit sekalipun dari kalangan orang
yang paling rendah.
Al-Qur’an menjelaskan kepada
kita bahwa kesombongan dapat menyebabkan kufur dan syirik, sebagaimana dalam
kisah Namrudz :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ
آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ
يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ
الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan
orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah
memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim
mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang
itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah Fir’aun, Allah
berfirman :
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ
إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ
الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22)
فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ
اللَّهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ وَالْأُولَى (25)
(17) "Pergilah kamu kepada Fir'aun,
Sesungguhnya dia Telah melampaui batas, (18)
Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan)". (19)
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut
kepada-Nya?" (20) Lalu Musa
memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (21) Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai.
(22) Kemudian dia berpaling seraya
berusaha menantang (Musa). (23) Maka dia
mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (24) (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang
paling tinggi". (25) Maka Allah
mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi’at/79:
17-25)
Al-Qur’an juga menjelaskan
bahwa kesombongan merupakan fenomena umum :
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ
سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُ
بِبَالِغِيهِ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa
alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah
(keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka
mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. Ghafir/40 : 56)
5. Adanya para penguasa yang
memperbudak manusia untuk kepentingan
mereka sendiri.
Di antara penyebab syirik yang
terpenting dalam sejarah kehidupan manusia adalah adanya para penguasa diktator
atau penguasa yang berbuat sewenang-wenang (thaghut), yang ingin memperbudak
dan menundukkan manusia untuk kepentingan dan hawa nafsu mereka sendiri. Dengan
demikian mereka menolak untuk berhukum dengan hukum dan aturan Allah. Merekapun
membuat hukum dan aturan sendiri yang tidak disyari'atkan Allah, sehingga
mereka menentukan halal dan haram sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa
nafsu mereka. Kemudian hukum dan aturan yang mereka buat itu dipaksakan kepada
manusia karena kekuasaan yang mereka
miliki.
Para penguasa tersebut ketika
mereka membuat aturan dan hukum yang dipaksakan untuk dilaksanakan rakyatnya,
pada kenyataannya mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan-tuhan yang
disembah selain Allah; karena hanya Allah
lah yang berhak menentukan hukum dan aturan, di mana hanya Allah lah
yang menciptakan dan hanya Dia yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah SWT. dengan
penciptaan dan pengendalian-Nya terhadap seluruh makhluk, dan dengan ilmu-Nya
yang sempurna terhadap segala sesuatu adalah yang paling berhak mengatakan ini
halal dan itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh dan itu tidak
boleh. Jika ada seseorang yang mengaku
bahwa dirinya mempunyai hak untuk menentukan halal dan haram, boleh dan tidak
boleh, maka berarti telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah
menjadikan dirinya sebagai tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya
dalam hal itu berarti ia telah mempersekutukannya dalam beribadah bersama
Allah, atau menyekutukannya selain Allah.
Para penguasa yang disebut al-Qur'an dengan " al-mala'
" atau para para pemuka inilah yang
pertama kali mendustakan para rasul seperti para pembesar dari kaum nabi Hud
sebagaimana disebutkan dalam surat al-A'raf : 65-66 :
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا
اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (65) قَالَ الْمَلَأُ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا
لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (66)
Dan (Kami telah mengutus)
kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata:
"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal
dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta".
(QS. Al-A’rof/7 : 65-66)
JENIS-JENIS
SYIRIK
Syirik mempunyai tiga jenis :
1.
Syirik Besar
2.
Syirik Kecil
3.
Syirik Tersembunyi
Syirik Besar
adalah bahwa seseorang menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati
sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Atau seperti yang disebutkan
dalam pengertian di atas, yaitu seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam
hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik Kecil
adalah bahwa menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkatan
atau perbuatan. Syirik dalam bentuk amal adalah riya. Sedang dalam bentuk
perkatan lisan adalah lafaz-lafaz yang mengandung makna menyamakan Allah dengan
sesuatu yang lain. Misalnya, ia mengatakan: "Apa yang dikehendaki Allah
dan aku kehendaki." Atau: "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau
mau." Atau:"Abdul Harits" ( Hamba Sang Pembajak Tanah ) dan
semacamnya.
Syirik
Tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat kehendak hati, ucapan
lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan makhluk. Rasulullah saw. :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ الرَّجُلَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللَّهِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا
فَيَهْوِي بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ سَبْعِينَ خَرِيفًا "
. (رواه ابن ماجه)
"Sesungguhnya, terkadang seseorang mungkin mengucapkan suatu
perkataan yang membuat Allah murka, yang
ia tidak melihatnya itu berbahaya, padahal
perkataannya itu mengantarkannya
ke neraka selama tujuh puluh musim semi." (HR. Ibnu Majah)
Syirik Tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan ke dalam syirik
kecil. Sehingga syirik dapat dibagi menjadi dua jenis; syirik besar yang
terkait dengan keyakinan hati, dan syirik kecil yang terkait dengan perbuatan,
perkataan lisan dan motivasi hati yang tersembunyi.
Nampaknya pembagian syirik
menjadi tiga jenis dimana syirik tersembunyi merupakan bagian ketiganya,
didasarkan pada kenyataan bahwa syirik tersembunyi bisa berubah menjadi syirik
besar dan syirik kecil. Kesubliman dan kesamaran itu menuntut kehati-hatian
yang tinggi, agar jangan sampai syirik besar dianggap syirik kecil, atau
sebaliknya.
Atas dasar itu, syirik tersembunyi dapat didefinisikan sebagai
syirik yang berada antara syirik besar dan syirik kecil. Inilah definisi yang
agaknya paling tepat.
Berdasarkan penjelasan terlebih dahulu, maka perbedaan antara
syirik besar dengan syirik kecil dapat diringkas sebagai berikut :
A.
Pertama, syirik besar menyebabkan pelakunya keluar dari Islam sedang
syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.
B.
Kedua, syirik besar membatalkan seluruh amal pelakunya, sedang syirik
kecil hanya membatalkan amal yang dicampuri syirik kecil sejak awal amal itu
dikerjakan atau mendominasi seluruh proses pengerjaan amal tersebut.
C.
Ketiga, syirik besar menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka, sedang
syrik kecil tidak menyebabkan kekekalan dalam neraka. Syirik kecil mempunyai
dua kemungkinan : mengharuskan pelakunya masuk neraka atau tergantung kepada
kehendak Allah, diampuni atau tetap dimasukkan ke dalam neraka.
D.
Keempat, syirik besar menyebabkan darah dan harta pelakunya menjadi halal,
sedang syirik kecil tidak demikian, pelakunya tetap dianggap muslim tetapi
memiliki keimanan yang kurang dan dianggap fasiq dalam beragama.
E.
Kelima, syirik besar dan syirik kecil sama-sama mendapatkan ancaman
siksaan dari Allah dan bahwa keduanya merupakan dosa paling besar di antara
seluruh dosa besar yang terbesar.
F.
Keenam, syirik besar tidak dapat diampuni Allah sedang syirik kecil masih
dapat diampuni Allah.
Oleh karena itu, dalam penjelasan macam-macam syirik ini, hanya
akan dibahas dua macam syirik saja, yaitu syirik besar dan syirik kecil.
A.
Syirik Besar
Syirik besar adalah : sesorang menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati sama seperti ia
menyembah dan mentaati Allah. Syirik besar tidak akan diampuni Allah, bisa
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan menjadikannya kekal dalam neraka
jika ia meningal dunia dan belum bertaubat dari padanya.
Syirik besar ada enam macam :
a)
Syirik do’a : Yaitu berdo’a kepada selain Allah sama seperti berdo’a kepada
Allah, baik sebagai permohonan maupun sebagai ibadah. Firman Allah :
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS.
Ghafir/40 : 60)
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا
يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
(5) وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ
كَافِرِينَ (6)
Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat
memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) doa mereka? Dan apabila
manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi
musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf/46 : 5-6)
b)
Syirik niat, motivasi dan
tujuan :
Yaitu bahwa seorang hamba melakukan suatu pekerjaan dengan niat, motivasi dan
tujuan mutlak selain Allah. Firman Allah :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا
وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (16)
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Hud/11 : 15-16)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah: Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan
Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS.
Al-An’am/6 : 162-163)
c)
Syirik ketaatan : Yaitu mentaati syari’at dan hukum selain Allah yang bertentangan dengan syari’at dan hukum
Allah. Firman Allah :
أَمْ
لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah)
tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syura’/42 : 21)
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا
وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah/9 : 31)
Maksud mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah adalah mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib
mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu
menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
d)
Syirik mahabbah (kecintaan) : Yaitu
seseorang mencintai sesuatu selain Allah sama dengan cintanya kepada
Allah, lebih banyak, atau lebih sedikit;
kecintaan yang bisa menimbulkan kepasrahan dan ketundukan. Firman Allah :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا
لِلَّهِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. (QS. Al-Baqarah/2:165)
قُلْ إِنْ كَانَ
آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah/9 : 24)
e)
Syirik takut : Yaitu rasa takut yang timbul dari asumsi atau keyakinan akan
terjadinya suatu mudharat. Yang dimaksud dengan rasa takut di sini adalah
puncak, ujung dan penghabisannya yang tidak boleh diberikan kecuali hanya
kepada Allah. Firman Allah :
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran/3 :
175)
f)
Syirik tawakkal : Yaitu menyerahkan urusan sepenuhnya kepada selain Allah dan
bergantung kepadanya dalam memperoleh suatu keinginan. Sebab menggantungkan dan
penyerahan diri sepenuhnya harus diberikan hanya kepada Allah; karena hanya
Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan, memberikan manfaat dan mudharat.
Oleh karena itu tawakkal
merupakan salah satu bentuk ibadah, memberikannya kepada selain Allah
adalah syirik. Firman Allah :
وَمَا لَنَا أَلَّا
نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا
آَذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
Mengapa kami tidak akan bertawakkal
kepada Allah padahal dia Telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami
sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan
kepada kami. dan Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu,
berserah diri". (QS. Ibrahim/14 : 12)
B.
Syirik Kecil
Syirik kecil adalah menyamakan sesuatu
selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Syirik kecil
tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tetapi mengurangi kesempurnaan tauhid, termasuk dosa
besar dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil ada tiga macam :
a)
Qauly (perkataan) : Yaitu syirik yang diucapkan dengan lisan, seperti bersumpah
dengan selain Allah, mengucapkan : “Apa yang dikehendaki Allah dan aku”, “Hakim
segala Hakim”, mengucapkan penghambaan kepada selain Allah seperti : “Abdun
Naby” (hamba nabi, “AbdurRasul “ (hamba rasul).
b)
Fi’ly (perbuatan) : Seperti meramal dan mendatangi dukun serta
mempercayai ucapannya, berusaha menemukan pencuri dan semacamnya dengan bantuan
dukun. Juga termasuk mempercayai astrolog dan paranormal.
c)
Qalby (dalam hati) : Seperti riya’ (senang dilihat dalam beribadah), sum’ah (senang
didengar dalam beribadah), dan mengharapkan dunia dalam berbagai amalnya.
Setiap jenis Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar jika
disertai dengan keyakinan hati, atau syirik kecil melandasi amalnya atau
mendominasinya. Disertai dengan keyakinan hati misalnya dengan bersumpah kepada
selain Allah dengan tingkat pengagungan yang sama dengan pengagungan kepada
Allah. Sedangkan syirik kecil melandasi amal atau mendominasinya misalnya
ketika riya’ melandasi awal perbuatan atau
mendominasinya, atau tujuan dunaiawinya dalam amal terlalu dominan
dimana ia sebenarnya tidak mengharap keridhaan Allah.
( والله أعلم بالصواب )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar