BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
Parkinson (paralisis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan
suatu penyakit /syndrome karena gangguan pada ganglia basalis akibat penuruna
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/neostriatum(striatal dopamine deficiency). Penyakit
Parkinson di jumpai disegala bangsa, dan satu sampai lima diantara seribu
penduduk menderita penyakit ini. Kebanyakan penderita penyakit ini pada usia
40-60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5:4. Factor genetic
mungkin mempunyai peranan penting pada beberapa keluarga, khususnya bila
terdapat pada usia di bawah 40 tahun (Parkinsonismus juvenilis). Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 %
di Eropa, meningkatdari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85
– 89 tahun
Meskipun
telah dikemukakan sejak tahun 1817 oleh james Parkinson dalam tulisannya yang
berupa buku kecil berjudul An Essay on the Shaking Palsy, namun
penelitian mengenai penyakit ini terus berlangsung sampai saat ini. James
Parkinson sendiri menggunakan istilah paralisis agitans atau shaking palsy, dan
baru pada tahun 1887 dinamakan penyakit Parkinson oleh Jean Marthin Charcot.
Pada
tahun 1921, Charles Foix berhasil mengungkapkan secara tepat kelainan dibatang
otak, yaitu disubtansi nigra mecencefalon sebagai substrat penyakit Parkinson.
Pemeriksaan makroskopik memperlihatkan daerah yang pucat (depigmentasi) pada
parks kompakta substansi nigra yang dengan jelas menunjukkan lenyap atau
berkurangnya jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan dopamine pada
penyakit Parkinson. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya
badan-badan Lewy yang merupakan inclusion body dan mendesak granula-granula
neuromelanin yang tersisa ke tepi.
Pada
tahun 1955, Pletscher dan Brodie memberitakan hasil penyelidikan mereka
mengenai efek reserpin yang dapat menimbulkan gejala penyakit Parkinson pada
binatang percobaan. Ternyata gejala yang sama juga ditemukan pada pasien
psikosis yang mendapatkan obat-obat fenotiazin (sekat dopamine). Sejak saat itu
kemudian dikenal dengan sindrom Parkinson iatrogenic. Penyakit
Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada
banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor
(gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang
jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur.Stres
emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor
terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan
dan tungkai.
Tanda-tanda
khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting, tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan
akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun,
derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien
sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi
autonomy.
B.
Tujuan
Mengetahui
definisi,gejala,penyebab,tanda utama,prinsip umum terapi dan obat
Antiparkinson.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah suatu
kondisi degenaratif yang terutama mengenai jaras ekstrapiramidal yang mengandung
neurotransmitter dopamine, dan karakteristiknya adalah trias yang terdiri dari:
akinesia-hambatan gerakan, rigiditas, tremor-gerakan gemetar ke atas bawah,
biasanya mengenai anggota gerak atas.
Penyakit Parkinson adalah gangguan
neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan. (Suzanne C. Smetzer.2001)
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit ini mempunyai karakteristik
terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars
kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein
yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi
pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis
Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial,
sistem saraf otonom
2.2 Etiologi / Penyebab
2.2 Etiologi / Penyebab
Penyakit Parkinson belum di ketahui
penyebabnya atau ideopatik. Parkinsonisme ideopatik adalah penyakit Parkinson
atau paralysis agitans. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi
oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap
virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.Parkinson disebabkan oleh
rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang
mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya,
penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa
menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1.
Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
4. Genetik
Sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun.jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
Sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun.jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a)
Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b)
Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c)
Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d)
Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e)
Trauma kepala
Cedera
kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih
belum jelas benar.
f)
Stress dan depresi
Beberapa
penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan
stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi
terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
2.3 Patofisiologis
Pada penyakit Parkinson, sel-sel
saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin
berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit.
Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak
diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit
ini cenderung diturunkan.
Penyakit Parkinson dimulai secara
samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya
Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang
beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan
menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat
tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai
tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah,
kening dan kelopak mata.
Dua hipotesis yang disebut juga
sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis
radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.
Hipotesis radikal bebas
Diduga
bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal,
karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya.
Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress
oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.
Hipotesis neurotoksin
Diduga
satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses neurodegenerasi pada
Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam
menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan
bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat
sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya
adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan
melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah
gerakan involunter. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis
(kaudatus, putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia
nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara
sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai berikut
:
a)
Piramidal ; kelumpuhan disertai
reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang abnormal
b)
Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya
gerakan-gerakan involunter
c)
Serebelar : ataksia alaupun sensasi
propioseptif normal sering disertai nistagmus
d)
Neuromuskuler : kelumpuhan sering
disertai atrofi otot dan reflek tendon yang menurun
Patofisiologi
depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun
teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi serotonin, dopamin dan
noradrenalin. Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron
yang meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra,
area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin,
nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia
otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan
kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%,
sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus
ganglia basalis antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber
utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya
dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai
90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus
sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin
berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan
30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi
pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi
P dan bombesin.
Perubahan
neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang
berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat
ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres.
Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement. Febiger
mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit
Parkinson akan mengurangi keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan
anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan pentingnya
peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku terhadap
pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi dan dorongan
untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan ketergantungan yang
berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan
aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri. Berkurangnya
perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat bermanifestasi sebagai
perasaan tidak berguna dan kehilangan harga diri. Ketergantungan terhadap
lingkungan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan
tidak berdaya dan putus asa.
Sistem
serotonergik berperan dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur,
aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan
pola tidur, kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya
kemampuan konsentrasi. Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di atas
merupakan gambaran dari sindrom klasik depresi.
Diagram
Patofisiologi Depresi pada Penyakit Parkinson Kehilangan neuron batang otak akibat
penyakit Parkinson Deplesi biokimiawi korteks dan ganglia basalis Penurunan
reward mediation, ketergantungan terhadap lingkungan, dan respons terhadap
stres yang tidak adekuat Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak berguna tidak
ada harapan, putus asa.
2.4
Manifestasi
Klinis / Gejala
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya
milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
1.
Gejala Motorik
a)
Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor
tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang
menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan,
kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas
(tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada
awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor
bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b)
Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya
hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini
oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda
bergigi (cogwheel phenomenon).
c)
Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d)
Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu
untuk Melangkah
Gejala
lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang
berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk
mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita
menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya
ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan
ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e)
Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
f)
Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan
dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
g)
Bicara monoton
Hal
ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h)
Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
i)
Gangguan behavioral
j)
Lambat-laun menjadi dependen (
tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara
berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih
dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
k)
Gejala Lain
Kedua
mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif)
2.
Gejala non motorik
a)
Disfungsi otonom
·
Keringat berlebihan, air ludah
berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi
ortostatik.
·
Kulit berminyak dan infeksi kulit
seborrheic
·
Gangguan seksual yang berubah
fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b)
Gangguan suasana hati, penderita
sering mengalami depresi.
c)
Ganguan kognitif, menanggapi
rangsangan lambat
d)
Gangguan tidur, penderita mengalami
kesulitan tidur (insomnia)
e)
Gangguan sensasi,
·
Kepekaan kontras visuil lemah,
pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna.
·
penderita sering mengalami pingsan,
umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf
otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan
posisi badan
·
berkurangnya atau hilangnya kepekaan
indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),
2.5
Penatalaksanaan
/ Terapi
Penyakit
Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik
meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
Pengobatan
penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa
diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru
dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
·
Terapi Obat-obatan
Beberapa
obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a)
Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
b)
Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
c)
COMT inhibitorsEntacapone (Comtan),
Tolcapone (Tasmar).Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang
menggunakan obat levodopa.
d)
Dopamine agonistsBromocriptine
(Parlodel), Pergolide (Permax), Pramipexole (Mirapex),Obat ini di berikan pada
awal pengobatan, dan sering kali ditambahkan pada pemberian levodopa untuk
meningkatkan kerja levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping levodopa
menimbulkan masalah baru.
e)
MAO-B inhibitorsSelegiline
(Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Berguna untuk mengendalikan gejala dari
penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
f)
Amantadine (Symmetrel) Berguna untuk
perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.Selain terapi obat yang
diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan
otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa
terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan
membantu mengurangi ganguan pencernakan yang disebabkan kurangnya aktivitas,
cairan dan beberapa obat.
2.6
Asuhan
Keperawatan pada pasien Parkinson
1.
Pengkajian
a)
Kaji saraf kranial, fungsi serebral
(koordinasi) dan fungsi motorik.
b)
Observasi gaya berjalan dan saat
melakukan aktivitas.
c)
Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap
fungsi tubuh.
d)
Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
e)
Kaji tanda depresi.
Pengumpulan
data subyektif dan obyektif pada klien dengan gangguan sistem persyarafan
meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengakajian psikososial.
a)
Anamnesis
Identitas klien lengkap
Identitas klien lengkap
Keluhan
utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan gerakan,kaku otot,tremor menyeluruh,kelemahan otot dan
hilangnya refleks postural.
b)
Riwayat Penyakit saat Ini
Pada
anamnesis,sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan
lengan,kemudian ke bagian yang lain dan akhirnya bagian kepala,walaupun tremor
ini tetap unilateral.
c)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian
yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat
hipertensi,diabetes melitus,penyakit jantung, anemia, pengobatan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, penggunaan obat-obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama.
d)
Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun
tidak di temukan adanya hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik yang
jelas,perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga.
e)
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya.
f)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan di hubungkan dengan keluhan klien.
g)
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak memiliki penurunan kesadaran.Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi dan penurunan frekuensi pernapasan.
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak memiliki penurunan kesadaran.Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi dan penurunan frekuensi pernapasan.
2.
Diagnosa Keperawatan
a)
Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
b)
Defisit perawatan diri yang
berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan
control/koordinasi.
c)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan,
kesulitan mengunyah, dan menelan.
d)
Hambatan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidak mampuan
menggerakkan otot-otot wajah.
Diagnosa yang menjadi prioritas utama adalah Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
3.
Perencanaan
Dx NOC NIC Rasional
Dx NOC NIC Rasional
1)
Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya dengan kriteria hasil :
·
Klien dapat ikut serta dalam program
latihan,tidak terjadi kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot,
·
Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas.
a)
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
peningkatan kerusakan.
b)
Lakukan program latihan yang
meningkatkan kekuatan otot.
c)
Bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan
diri sesuai toleransi
d)
Kolaborasi ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
e)
Anjurkan pasien mandi dengan air
hangat dan masase otot.
f)
Anjurkan klien untuk latihan berjalan
dengan di iringi musik marching band atau lagu karena hal ini memberikan
rangsangan sensorik.
a)
Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas.
b)
Meningkatkan koordinasi dan
ketangkasan,menurunkan kekuatan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak di
gunakan.
c)
Untuk memelihara fleksibilitas sendi
sesuai kemampuan.
d)
Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstramitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim
fisioterapis.
e)
Mandi hangat dan masase membantu
otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri
otot akibat spasme yang mengakibatkan kekuatan.
f)
Teknik berjalan kusus dapat juga
dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh
condong ke depan.
2.7
Terapi Non
Farmakologi
1)
Edukasi
2)
Memberi support pada penderita.
3)
Meningkatkan asupan nutrisi yang
baik dan banyak serat.
4)
Pelatihan gerak.
2.8
Faktor
Resiko
Beberapa faktor resiko
(multifaktorial) yang telah diidentifikasikan, yaitu :
a.
Usia. Tidak semua orang tua menderita penyakit Parkinson namun
penyakit ini meningkat pada usia lanjut diatas 50 tahun dengan puncaknya pada
usia 70 tahun, penyakit ini jarang timbul pada usia dibawah 40-50 tahun.
b.
Rasial. Angka kejadian penyakit Parkinson lebih tinggi pada orang
kulit putih dibandingkan kulit berwarna.
c.
Genetik. Telah dibuktikan mutasi yang khas tiga gen terpisah (alpha
- Synuclein, Parkin, UCHL1) dan empat lokus tambahan (Park3, Park4, Park6,
Park7) yang berhubungan dengan Parkinson keturunan. Kebanyakan kasus idiopatik
Parkinson diperkirakan akibat faktor - faktor genetik dan lingkungan.
d.
Lingkungan.
Toksin
: MPTP (1 methyl, 4 phenyl, 12,3,6 tetrahydropyridine), CO, Mn, Mg, CS2,
Metanol,Sianid. Pengunaan herbisida dan pestisida dan infeksi.
e)
Cedera
Kranioserebral. Mekanismenya masih belum
diketahui. Trauma kepala, infeksi dan tumor di otak lebih berhubungan dengan
Sindrom Parkinson daripada penyakit Parkinson.
f)
Stres
Emosional. Stess emosional diduga juga
merupakan faktor resiko.
2.9
Tanda
- Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)
- Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan – Rigidity)
- Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)
- Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat mengakibatkan jatuh.
2.10
Definisi
Antiparkinson
Obat anti Parkinson adalah obat-obatan yang dapat mengurangi
efek penyakit Parkinson. Pengertian Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran
yang ditandai dengan gejala tremor, kaku otot atau kekakuan anggota
gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi setapak) bahkan dapat terjadi
gangguan persepsi dan daya ingat merupakan penyakit yang tejadi akibat proses degenerasi
yang progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin.
2.11
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi:
- Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/benzheksol, digunakan pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dominan.
- Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
- Obat anti dopamin antikolinergik, seperti amantadine.
- Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon dll.
Obat generik, indikasi, kontra
indikasi dan efek samping:
·
Triheksifenidil
Mempunyai
daya antikolinergik yang dapat memperbaiki tremor, tetapi kurang efektif
terhadap akinesia dan kekakuan. Keluarnya liur yang berlebihan juga dipengaruhi
secara baik olehnya. Dapat terjadi toleransi, kombinasi dengan levodopa sangat
berguna .
·
Biperiden
Derivat
yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekakuan, kurang aktif tehadap
tremor. Efek samping kurang-lebih sama
·
Indikasi:
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal karena obat.
·
Kontra
indikasi: Retensi urine, glaukoma, tersumbatnya saluran cerna.
·
Efek
samping: Gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan penglihatan dan
efek-efek sentral (gelisah, sulit tidur, halusinasi).
·
Sediaan:
Trihexiphenidil (generik) tabl 2mg, 5mg
·
Levodopa
Zat pelopor dopamin ini mudah memasuki cairan otak untuk
diubah menjadi Dopamin.Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan
kekakuan, sedangkan terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan
antikolinergik. Efek samping mual dan muntah dapat dilawan dengan domperidom,
antagonis dopamin yang secara selektif menduduki reseptor-reseptor dopamin di
lambung.
·
Indikasi:
Parkinsonisme bukan karena obat
·
Kontra
indikasi: Glaukoma, penyakit psikiatri berat
·
Efek
samping: Anoreksia, mual,muntah, insomnia dll
·
Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamin, obat ini semula digunakan
pada pasien-pasien parkinson hanya dimana erek-efek dopa berkurang setelah beberapa
tahun dan efeknyapun menjadi lebih singkat, bersamaan dengan lebih seringnya
terjadi efek samping.
·
Indikasi:
Parkinsonisme (bukan karena obat)
·
Kontra
indikasi: -
·
Efek
samping: Gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi, gangguan
psikomotor dan lain-lain
·
Amantadine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar