STRUKTUR SOSIAL
Pengertian
Struktur Sosial
Suatu
struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih mantap dan
tetap, yang terdiri atas jaringan relasi-relasi kelas sosial hierarkis dan
pembagian kerja tertentu, serta ditopang oleh kaidah-kaidah,
peraturan-peraturan, dan nilai-nilai budaya.
Dalam
pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua konsep penting,
status (status) dan peran (role). Pada umumnya struktur sosial memiliki empat
elemen dasar, yaitu:
1.
Status sosial,
Merupakan kedudukan atau posisi sosial
seseorang dalam masyarakat. Status terbagi atas:
• Ascribed status → status yang didapat secara otomatis melalui kelahiran
• Achieved status → status yang didapat melalui usaha sendiri
• Assigned status → status yang diberikan kepada seseorang karena jasanya bagi masyarakat
• Ascribed status → status yang didapat secara otomatis melalui kelahiran
• Achieved status → status yang didapat melalui usaha sendiri
• Assigned status → status yang diberikan kepada seseorang karena jasanya bagi masyarakat
2.
Peran sosial
Merupakan
seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status
sosial tertentu.
3.
Kelompok
Merupakan
sekelompok orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan harapan yang sama
serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi
4.
Institusi
Merupakan
kumpulan norma-norma yang berkisar pada pemenuhan suatu kebutuhan pokok di
dalam kehidupan masyarakat.
STRATIFIKASI SOSIAL
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Masyarakat sebenarnya telah mengenal
pembagian atau pelapisan sosial sejak dahulu. Pada zaman dahulu, Aristoteles
menyatakan bahwa didalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur, yakni
orang-orang kaya sekali, orang-orang melarat dan orang-orang kaya. Menurut Aristoteles,
orang-orang kaya sekali ditempatkan dalam lapisan atas oleh masyarakat,
sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang
di tengah ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah.
Adam Smith membagi masyarakat ke dalam
kategori sebagai berikut: orang-orang yang hidup dari hasil penyewaan tanah,
orang-orang yang hidup dari upah kerja dan orang-orang yang hidup dari
keuntungan perdagangan. Thostein Veblen membagi masyarakat ke dalam golongan
pekerja, yang berjuang untuk mempertahankan hidup, dan golongan yang mempunyai
banyak waktu luang, yang begitu kayanya sehingga perhatian utamanya hanyalah
“pola konsumi yang menyolok mata” untuk menunjukkan betapa kayanya mereka.
Pada tahun 1937 Franklin D. Roosevelt
memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan golongan rendah dalam salah
satu bagian pidato pelantikannya (sebagai Presiden Amerika Serikat): “Saya
melihat sepertiga dari seluruh rakyat bangsa ini kekurangan tempat tinggal,
kekurangan sandang dan kekurangan pangan”.
Berikut ini berapa definisi stratifikasi
sosial :
1. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari
hak-hak yang berbeda.
Stratifikasi
sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
2. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Ada tiga
aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu perbedaan
kemampuan, perbedaan gaya hidup, serta perbedaan hak dan akses dalam
pemanfaatan sumber daya.
a.
Perbedaan
kemampuan dan kesanggupan
Anggota
masyarakat yang menduduki strata tinggi tentu memiliki kesanggupan dan
kemampuan yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat di bawahnya.
b.
Perbedaan
Gaya Hidup
Seorang
direktur perusahaan dituntut selalu berpakaian rapi. Biasanya mereka juga
melengkapi penampilan dengan aksesori-aksesori lain untuk menunjang kemantapan
penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, memakai pakaian merek
terkenal dan perlengkapan lain yang sesuai dengan statusnya.
c.
Perbedaan
Hak dan Akses dalam Pemanfaatan Sumber Daya
Seseorang
yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan makin banyak hak dan fasilitas yang
diperolehnya. Sementara itu seseorang yang tidak menduduki jabatan apapun tentu
saja hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan makin kecil.
3. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang
dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian
keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan
penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan
lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan
atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau
bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan
yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai
pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada
sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apa-apa. Karena
penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu
dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak
mempunyai ketrampilan apapun.
4. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial
a.
Stratifikasi Ekonomi
Jika dalam suatu masyarakat, faktor ekonomi
merupakan salah satu hal yang dihargai maka memungkinkan terjadinya pelapisan
atau stratifikasi sosial di bidang ekonomi. Orang-orang yang mampu memperoleh
kekayaan akan menduduki lapisan atas. Istilah kaya identik dengan orang-orang
yang memiliki banyak benda-benda bernilai ekonomi. Sebaliknya, mereka yang
kurang atau tidak mampu akan menduduki lapisan bawah.
Pelapisan ekonomi dapat dilihat dari segi
pendapatan, kekayaan dan pekerjaan. Kemampuan ekonomi yang berbeda-beda dapat
menyebabkan terjadinya stratifikasi ekonomi. Orang-orang yang berpendapatan
sangat kecil dan tidak memiliki harta benda akan menduduki lapsian bawah.
Lapisan atas, misalnya konglomerat, pengusaha besar, pejabat dan pekerja profesional
yang berpenghasilan tinggi. Lapisan bawah, misalnya gelandangan, pemulung,
buruh tani dan orang-orang miskin lainnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi ini bersifat terbuka, jadi
perpindahan antar kelas dapat terjadi secara bebas sesuai dengan kemampuan
seseorang. Seseorang dari golongan pekerja kasar, yang karena keuletannya
berhasil mengumpulkan harta kekayaan, secara ekonomis telah merubah statusnya
menjadi kelas yang lebih tinggi. Akan tetapi dari sisi perilaku dan kebiasaan,
dia tampak tertinggal untuk mengimbangi anggota kelas atas.
Berikut
pendapat para ahli mengenai stratifikasi ekonomi:
1). Aristoteles
Membagi masyarakat secara ekonomi menjadi
kelas atau golongan:
- Golongan sangat kaya;
- Golongan kaya dan;
- Golongan miskin.
Golongan pertama : merupakan kelompok
terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan
bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang
cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang,
dan lain-lain.
Golongan ketiga : merupakan golongan
terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2) Karl Marx
juga membagi masyarakat menjadi dua golongan, yakni:
a. Golongan
kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan
proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi.
3) Pada
masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas
yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas
sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c. Kelas
sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
d. Kelas
sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
e. Kelas
sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f. Kelas
sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
Kelas sosial
pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial
kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial
ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial
keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin
terkemuka.
Kelas sosial
kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial
keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang
bergantung pada tunjangan.
b.
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial yang dimaksud disini
adalah dalam arti yang lebih khusus misalnya stratifikasi berdasarkan tingkat
dan jenis pendidikan serta jenis pekerjaan.
Dalam bidang pendidikan kita dapat menjumpai stratifikasi sosial yang tersusun berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut:
Dalam bidang pendidikan kita dapat menjumpai stratifikasi sosial yang tersusun berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut:
1) Pendidikan sangat tinggi (profesor,
doktor)
2) Pendidikan tinggi (sarjana)
3) Pendidikan menengah (SMA)
4) Pendidikan rendah (SD dan SMP)
5) Tidak berpendidikan (buta huruf)
Stratifikasi di bidang pendidikan ini
bersifat terbuka, artinya seseorang dapat naik pada lapisan pendidikan yang
lebih tinggi jika dia mampu berprestasi.Pelapisan yang berbentuk pelapisan
sosial dapat kita temukan pula dalam bidang pekerjaan. Pelapisan sosial
berdasarkan bidang pekerjaan berpatokan pada keahlian, kecakapan dan
keterampilan.
Menurut Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial berdasarkan ukuran pekerjaan sebagai berikut:
Menurut Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial berdasarkan ukuran pekerjaan sebagai berikut:
1) Elit →
adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan yang oleh masyarakat
sangat dihargai
2)
Profesional → orang yang berijazah serta bergelar di dunia pendidikan yang
berhasil
3)
Semi-profesional → seperti pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan
menengah dan mereka yang tidak berhasil mencapai gelar
4) Tenaga terampil
→ misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik, pekerja pabrik yang
terampil dan pemangkas rambut
5) Tenaga
semi terampil → misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan, dan pelayan
restoran
6) Tenaga
tidak terlatih atau tidak terdidik → misalnya pembantu rumah tangga, tukang
kebun dan penyapu jalan.
Sedangkan
pada masa lalu, stratifikasi sosial di desa-desa yang umumnya merupakan
masyarakat petani terutama didasarkan pada hak milik atas tanah, sawah, kebun
dan rumah.
Pada
masyarakat Jawa Tengah terdapat stratifikasi didasarkan pada kepemilikan tanah.
Stratifikasi itu adalah sebagai berikut:
Stratifikasi itu adalah sebagai berikut:
1) Golongan priyayi, yaitu golongan pegawai
pemerintah desa atau para pemimpin formal di desa.
2) Golongan kuli kenceng, yaitu golongan pemilik
sawah yang juga berperan sebagai pedagang perantara.
3) Golongan kuli gundul, yaitu golongan
penggarap sawah dengan sistem maro (bagi hasil).
4) Golongan kuli karang kopek, yaitu golongan
buruhtani yang mempunyai tempat tinggal dan pekarangan saja, mereka tidak
mempunyai tanah pertanian sendiri.
c.
Stratifikasi Politik
Stratifikasi dalam bidang politik dilihat
dari faktor kekuasaan. Mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar
akan menempati lapisan tertinggi. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki
kekuasaan sama sekali menduduki lapisan politik paling bawah.
Kekuasaan dalam suatu masyarakat biasanya
dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Golongan tersebut dinamakan the
rulling class atau golongan yang berkuasa. Mereka ini menduduki lapisan
tertinggi dalam stratifikasi politik sebagai elit politik. Mereka inilah yang
memegang dan menjalankan kekuasaan dalam suatu negara.
Stratifikasi politik atau pelapisan sosial
berdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-tingkat (hierarki) yang menyerupai
suatu piramida. Menurut Mac Iver, ada tiga tipe umum dalam sistem dan lapisan
kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, tipe oligarki dan tipe
demokratis.
1). Tipe
Kasta
adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan
garis pemisah yang tegas dan kaku. Tipe ini biasanya terdapat pada masyarakat
yang menganut sistem kasta, dimana hampir tidak terjadi mobilitas vertikal.
Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus
2). Tipe
Oligarki
adalah sistem lapisan kekuasaan yang masih
mempunyai garis pemisah tegas, tapi dasar pembedaan kelas sosial ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat, terutama kesempatan bagi para warga masyarakat unuk
memperoleh kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe kasta adalah walaupun
kedudukan warga masih didasarkan pada kelahiran, individu masih diberi
kesempatan untuk naik lapisan.
3). Tipe
Demokratis
Pada tipe demokratis, garis-garis pemisah
antarlapisan sifatnya fleksibel dan tidak kaku. Kelahiran tidak menentukan
kedudukan dalam lapisan-lapisan, yang terpenting adalah kemampuan dan
kadang-kadang juga faktor keberuntungan, misalnya anggota organisasi dalam
suatu masyarakat demokratis yang dapat mencapai kedudukan tertentu melalui
organisasi politiknya.
d. Stratifikasi Sosial pada Masa Kolonialisme
Stratifikasi sosial di Indonesia pada saat
ini berbeda dengan saat berada di bawah pengaruh penjajah atau kolonialisme.
Pada masa penjajahan, secara umum terdapat dua golongan masyarakat. Golongan
tersebut, yaitu golongan penguasa yang terdiri atas kaum penjajah dan golongan
terjajah yang diduduki oleh rakyat.
Pemerintah kolonial Belanda bahkan mengeluarkan undang-undang mengenai status perbedaan kedudukan sosial antar penduduk. Peraturan tersebut adalah Peraturan Hukum Ketatanegaraan Hindia Belanda (Indische Staatsregeling) tahun 1927. Menurut peraturan tersebut, masyarakat Indonesia dibedakan menjadi sebagai berikut.
Pemerintah kolonial Belanda bahkan mengeluarkan undang-undang mengenai status perbedaan kedudukan sosial antar penduduk. Peraturan tersebut adalah Peraturan Hukum Ketatanegaraan Hindia Belanda (Indische Staatsregeling) tahun 1927. Menurut peraturan tersebut, masyarakat Indonesia dibedakan menjadi sebagai berikut.
1) Golongan Eropa atau yang dipersamakan
Golongan ini
merupakan golongan tingkat atas dan masih dibedakan lagi menjadi berikut ini:
a) Bangsa
Belanda dan keturunannya
b)
Bangsa-bangsa Eropa lainnya yang terdiri atas bangsa Portugis, Prancis, dan
Inggris
c)
Orang-orang lain (yang bukan bangsa Eropa) dan telah masuk golongan Eropa dan
sah dipersamakan dengan golongan Eropa
2) Golongan
Timur Asing
Merupakan
golongan menengah atau lapisan kedua. Golongan ini terdiri atas orang Cina dan
bukan Cina. Golongan yang bukan Cina terdiri atas orang Arab, India, Pakistan
dan oran gdari negara Asia lainnya
3) Golongan
Bumiputra
Merupakan
golongan tingkat bawah atau lapisan ketiga. Golongan bumiputra terdiri atas
masyarakat pribumi atau bangsa Indonesia asli
5. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
a.
Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak
lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian
keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
b. Terjadi
dengan sengaja untuk tujuan bersama Biasanya dilakukan dalam pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti :
pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.
6. Kriteria untuk Menentukan Stratifikasi Sosial
Kriteria atau ukuran yang umumnya digunakan
untuk mengelompokkan para anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan tertentu
adalah sebagai berikut :
a. Kekayaan
Kekayaan
atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang memiliki harta benda
berlimpah (kaya) akan lebih dihargai dan dihormati daripada orang yang miskin.
b. Kekuasaan
Kekuasaan
dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Seorang yang
memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas,
sebaliknya orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
c. Keturunan
Ukuran
keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan yang dimaksud
adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Kaum
bangsawan akan menempati lapisan atas seperti gelar :
- Andi di masyarakat Bugis,
- Andi di masyarakat Bugis,
- Raden di
masyarakat Jawa,
- Tengku di
masyarakat Aceh, dsb.
d. Pendidikan
Pendidikan
bukan sekedar memberikan keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang seperti perubahan mental, selera, minat,
tujuan, etika, cara berbicara dan sebagainya. De Fronzo (1973) menemukan bahwa
dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda
dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak
tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding.
e. Pekerjaan
Pekerjaan
merupakan salah satu penentu kelas sosial. Pada masyarakat primitif pembuat
tombak, pembuat sampan, dan dukun memiliki status sosial yang jelas berdasarkan
jenis pekerjaan mereka. Orang-orang Cina Klasik menghormati ilmuwan dan
memandang rendah serdadu; Orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya. Jenis
pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih
tinggi. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan
pendidikan tinggi. Pekerjaan merupakan aspek stratifikasi sosial yang penting,
karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
Jika kita mengetahu jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi
rendahnya pendidikan, standar hidup, jam kerja dan kebiasaan sehari-hari
keluarga orang itu. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi,
standar moral dan orientasi keagamaannya.
7. Sifat Stratifikasi
Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari
sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup,
sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social
Stratification)
Stratifikasi
ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada
mobilitas horisontal saja. Stratifikasi sosial bersifat tertutup terdapat pada
masyarakat berkasta dan masyarakat feodal.
1) Sistem kasta yang terdapat dalam masyarakat
India.
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena
warisan atau kelahiran
b. Keanggotaan berlaku seumur hidup
c. Perkawinan bersifat endogami
d. Hubungan dengan kelompok lainnya bersifat
terbatas
e. Kasta
diikat oleh hubungan-hubungan yang secara tradisional telah ditetapkan
2) Masyarakat Feodal
Pada
dasarnya stratifikasi sosial dalam masyarakat feodal adalah sebagai berikut:
a). Raja dan
kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus dihormati serta ditaati
oleh rakyatnya.
b). Lapisan
utama diduduki oleh raja dan kaum bangsawan.
c). Rakyat
harus mengabdi pada raja serta bangsawan
3) Politik Rasial
Masyarakat
yang lapisan sosialnya berdasarkan perbedaan rasial seperti halnya terjadi di
Afrika Selatan pada saat masih menerapkan sistem apartheid (perbedaan warna
kulit)
a.
Stratifikasi
Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi
ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:
• Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
• Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
• Seorang
yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan
usaha.
8. Fungsi Stratifikasi
Sosial
Stratifikasi
sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
a.
Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,
tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan
seseorang.
b. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
b. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
c. Penentu
lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara
berpakaian dan bentuk rumah.
d. Tingkat
mudah tidaknya bertukar kedudukan.
e. Alat
solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki sistem
sosial yang sama dalam masyarakat.
9. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Unsur-unsur di dalam stratifikasi sosial
adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan
unsur pokok sistem lapisan dalam suatu masyarakat dan mempuanya arti yang
sangat penting bagi masyarakat.
a. Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki
status sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan
dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering
pula disebut sebagai kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
masyarakatnya. Bagaimana cara individu memperoleh statusnya?
Cara-cara memperoleh status atau kedudukan
adalah sbb:
1)
Ascribed
Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini
sudah diperoleh sejak lahir.
Contoh:
Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
2)
Achieved
Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja. Kedudukan
ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi
siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengajar serta
mencapai tujuan tujuannya. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan
guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
3)
Assigned
Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status
melalui usaha. Status ini diperolah melalui penghargaan atau pemberian dari
pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan
masyarakat.
Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dan sebagainya.
Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dan sebagainya.
b.
Peran
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu
status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya.
Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan
atau status.Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan, karena saling
tergantung satu sama lain.
Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak. Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi. Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus .
Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak. Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi. Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus .
Peran juga
dapat diartikan sebagai seperangkat harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan itu mempunyai dua segi.
1) Role expectation. Yaitu harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran. Hal ini merupakan kewajiban.
1) Role expectation. Yaitu harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran. Hal ini merupakan kewajiban.
2) Role
performance. Yaitu harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap
masyarakatnya. Hal ini merupakan hak pemegang peran.
Sedangkan
jika ditinjau dari segi cakupannya, peranan sosial dapat mencakup tiga hal
berikut:
1) Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Contoh :Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
1) Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Contoh :Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
2) Peranan
merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat, contoh : seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik
hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
3) Peranan
juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat, contoh : Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dsb,
merupakan peran dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat. Peranan
memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain.
Fungsi
tersebut antara lain:
1) Peranan
yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat,
seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2) Peranan
yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak
mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan pengorbanan,
seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
3) Peranan
yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti
seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu, seorang
seniman dengan karyanya, dsb.
10. Akibat Perbedaan
Kedudukan dan Peran Sosial dalam Tindakan dan Interaksi Sosial.
Perbedaan pendidikan, kekayaan, pekerjaan,
status atau kelas sosial tidak hanya mengakibatkan perbedaan gaya hidup dan
tindakan. Perbedaan tersebut juga menimbulkan sejumlah perbedaan lain dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, seperti:
a. Menentukan kesempatan hidup
Sejak masa
dalam kandungan hingga pada saat meninggal dunia, kesempatan dan imbalan
seseorang memang telah dipengaruhi oleh kelas sosialnya. Kurang gizi sang ibu
bisa mempengaruhi kesehatan dan kekuatan janin sebelum dilahirkan. Seorang bayi
dari kelas sosial rendah bukan hanya lebih berkemungkinan untuk meninggal dunia
sebelum dewasa, tetapi juga akan menderita penyakit lebih lama selama hidupnya.
Data sensus menyangkut “ketidakmampuan kerja” (dalam pengertian tidak bekerja
karena adanya penyakit serius yang memakan waktu relatif lama) menemukan bahwa
kasus ketidakmampuan kerja dikalangan pekerja berpenghasilan rendah lebih
tinggi daripada kalangan pekerja berpenghasilan tinggi.
b. Kebahagiaan dalam keluarga
Pada tahun 1974 Cameron dan kawan-kawan
meminta kepada sejumlah besar orang orang untuk menyatakan perasaan mereka
tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Cameron dan kawan-kawan menemukan
bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya cacat tubuh.
Tidak pula dipengaruhi oleh faktor usia, karena orang tua pun sering merasa
bahagia sebagaimana halnya orang muda. Dari semua faktor yang diteliti
ditemukan bahwa kelas sosial lah yang memiliki kaitan paling erat.
c.
Membentuk
gaya hidup
Perbedaan kelas sosial dalam banyak hal
mempengaruhi perilaku dan gaya hidup yang ditampilkan. Salah satu contohnya
adalah penggunaan waktu luang berbeda-beda pada setiap kelas sosial. Keragaman
penggunaan waktu luang tersebut sebagian disebabkan oleh faktor biaya dan
selebihnya oleh faktor selera.
Disamping itu, dalam beberapa segi gaya hidup dan perilaku sosial, kelas sosial rendah tampak leibh konservatif daripada kelas sosial lainnya. Kelas sosial rendah merupakan kelas sosial yang paling terlambat dalam menerapkan kecenderungan baru, seperti misalnya, cara pengambilan keputusan dalam keluarga yang bersifat demokratis, cara mendidik anak atau cara penggunaan alat keluarga berencana.
Disamping itu, dalam beberapa segi gaya hidup dan perilaku sosial, kelas sosial rendah tampak leibh konservatif daripada kelas sosial lainnya. Kelas sosial rendah merupakan kelas sosial yang paling terlambat dalam menerapkan kecenderungan baru, seperti misalnya, cara pengambilan keputusan dalam keluarga yang bersifat demokratis, cara mendidik anak atau cara penggunaan alat keluarga berencana.
Orang-orang kelas sosial rendah rampaknya ragu-ragu
untuk menerima pemikiran dan cara-cara baru. Terbatasnya pendidikan, kebiasaan
membaca, dan pergaulan mengakibatkan orang-orang kelas sosial rendah itu tidak
mengetahui latar belakang pemikiran yang mendasari perubahan tersebut. Hal
tersebut, yang diperkuat oleh sikap tidak percaya terhadap orang-orang yang
berstatus sosial tinggi membuat orang-orang kelas sosial rendah mencurigai para
ahli dari kalangan kelas sosial menengah dan atas, serta orang-orang yang
menunjang perubahan.
d.
Membentuk
sikap politik
Berbagai studi memperlihatkan bahwa kelas
sosial mempengaruhi perilaku politik seseorang. Menyangkut sikap politik,
orang-orang kelas sosial rendah lebih sering mendukung calon-calong pemimpin
yang berpandangan radikal, yang menghendaki perubahan secara drastis, terutama
jika perubahan itu berkaitan dengan bantuan pemerintah terhadap para pemilih
tersebut .
Sedangkan hasil studi yang dilakukan oleh
Erbe (1964), Hansen (1975), Kim, Petrocik dan Eneksen (1975) menyimpulkan bahwa
makin tinggi kelas sosial, makin cenderung individu memiliki ketertarikan di
bidang politik. Mereka cenderung mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan
suara, tertarik politik, menjadi anggota organisasi yang mempunyai arti penting
secara politis dan berusaha mempengaruhi pandangan politik yang lain.
e.
Menyelesaikan
“pekerjaan kotor”
Pada setiap masyarakat terdapat banyak
pekerjaan yang tidak menyenangkan, sehingga orang harus dibujuk untuk mau
mengerjakannya. Namun demikian, setiap masyarakat yang kompleks menaruh
kepercayaan terutama pada sistem kelas sosial untuk memaksa orang agar mau
mengerjakan pekerjaan yang membosankan. Gabungan yang terdiri atas latar
belakang kebudayaan, pembatasan kesempatan belajar dan disikriminasi kesempatan
kerja, semua itu membuat orang kelas sosial rendah tidak mampu bersaing untuk
memperoleh jenis pekerjaan yang lebih baik. Sebagai akibatnya hanya jenis
pekerjaan buruk yang tersisa. Apakah keadaan tersebut diciptakan secra sengaja
atau tidak, sasaran akhirnya tetap sama juga, yakni agar pekerjaan kotor itu
dapat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak bekerja pada jenis pekerjaan yang
baik
f.
Menyiapkan
anggota demi status yang lebih baik
Kelas sosial menengah dan kelas sosial atas
atas berusaha menyiapkan para anggota kelas sosialnya untuk memerankan fungsi
khusus dalam masyarakat. Para orang tua kelas sosial menengah berupaya untuk
mendorong anak-anak mereka dengan memberikan harapan-harapan keberhasilan dan
bayangan-bayangan yang menakutkan jika mereka jatuh ke dalam status kelas
sosial yang lebih rendah. Jadi, diantara kelas sosial, kelas sosial menengahlah
yang paling giat upayanya untuk “memperoleh kemajuan”.
Orang-orang kelas sosial atas tidak perlu
“bekerja untuk hidup” atau berjuang untuk memperoleh status. Walaupun demikian,
mereka mungkin merasa didesak untuk mempertegas status dan pendapatan mereka
dengan cara mengabdikan diri pada salah satu bentuk pengabidan masyarakat.
Contohnya keluarga Roosevelt, keluarga Rockfeller, keluarga Kennedy dan banyak
eluarga lainnya. Keluarga berstatus tinggi semacam itu acapkali mengambangkan
kebijakan-kebijakan sosial yang menguntungkan kelas sosial rendah. Keberhasilan
politik mereka membuktikan bahwa massa bisa menerima pemimpin dari golongan
elit, jika pemimpin tersebut ternyata peka terhadap kebutuhan kelas sosial
rendah.
Kelas sosial atas pada kebanyakan negara
mencakup pula golongan “the Jetset”, orang-orang kaya yang senang
bermalas-malasan dan hidup dalam pemborosan yang tidak bermanfaat. Mungkin
jumlah orang semacam itu tidak banyak, namun mereka tampak sangat menyolok
dalam zaman komunikasi seperti saat ini, sehingga kecemburuan serta kebencian
yang diakibatkannya menimbulkan keraguan orang terhadap legitimasi kelas sosial
atas.
DIFERENSIASI SOSIAL
Pengertian Diferensiasi Sosial
Kalau kita memperhatikan masyarakat di
sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klan),
pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat
diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam
lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.
Perbedaan itu hanya secara horizontal.
Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi
Sosial.
Dalam masyarakat Indonesia, diferensiasi
sosial yang ada sangat beraneka ragam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor itu antara lain.
a. Wilayah
Indonesia erdiri atas ribuan pula yang terbentang dengan luas 1.906.240 km2
serta terletak diantara dua samudra dan dua benua. Kondisi ini menyebabkan
masing-masing pulau mempunyai keragaman alam dan kebudayaan sendiri
b. Letak dan
keadaan geografis masing-masing pulau atau daerah berbeda-beda.
c. Perbedaan
dalam menyerap unsur-unsur budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan
masyarakat
d. Perbedaan
sistem religi yang dianut masyarakat
Diferensiasi
sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi
ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk
mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena
perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam
masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan,
prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda
dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti
religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos).
Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari
bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Sebelum kita mempelajari stratifikasi sosial
secara khusus pada modul mendatang, dengan melihat tabel di bawah ini secara
tegas dapat kita bedakan antara diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial.
1. Diferensiasi Berdasarkan Ras
Ras adalah kategori individu yang secara
turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Diferensiasi ras
berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan
budayanya. A.L Kroeber membuat klasifikasi ras sebagai berikut:
1) Austroloid
: penduduk asli Australia
2)
Mongoloid, terdiri atas:
a).Asiatic
Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
b).Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Penduduk asli Taiwan)
c).American Mongoloid (penduduk asli benua Amerika (Indian dan Eskimo))
b).Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Penduduk asli Taiwan)
c).American Mongoloid (penduduk asli benua Amerika (Indian dan Eskimo))
3)
Caucasoid, terdiri atas:
a) Nordic
(Eropa Utara, sekitar Laut Baltik)
b) Alpine
(Eropa Tengah dan Eropa Timur)
c)
Mediteranian (sekitar laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran)
d) Indic
(Pakistan, India, Bangladesh dan Sri Langka).
4) Negroid, yang
terdiri atas:
a) African
Negroid (Benua Afrika)b) Negrito (Afrika Tengah, Orang Semang di semenanjung
Malaya dan Filipina)
c) Melanesia
(Papua, Melanesia)
5) Ras-ras
khusus
a) Bushman (Gurun
Kalahari-Afrika Selatan)
b) Veddoid
(pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
c)
Polynesian (lkepulauan mikronesia dan Polynesia)
d) Ainu (di
Pulau Karafuto dan Hokaido Jepang)
Menurut Bruce J. Cohen, rasialisme adalah
paham yang meyakini bahwa kelompok ras yang dimiliki oleh seseorang adalah
lebih tinggi daripada kelompok ras yang dimiliki oleh orang lain.
Sedangkan
menurut E. Von Eickstedt ras dibedakan menjadi
a. Leukoderm
Leuko berarti putih. Masyarakat yang termasuk
di dalam ras Leukoderm contohnya orang Polinesia dan Eropa
b.
Melanoderm
Melano berarti hitam. Masyarakat yang
termasuk dalam ras ini adalah Negroid, Melanesoid, dan Austroloid. Contoh ras
Melanoderm adalah orang Afrika, Aborigin dan Melanesia
d. Xantoderm
Xanto berarti kuning. Masyarakat yang
termasuk di dalam ras Xantoderm adalah Mongoloid dan Indian. Contoh ras
Xantoderm adalah orang Asia, Indian dan Eskimo.
4.
Diferensiasi
Berdasarkan Etnis
Diferensiasi masyarakat Indonesia juga
ditandai dengan beragamnya suku bangsa atau etnis. Suku bangsa merupakan
gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial lainnya karena
mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umumnya berkaitan dengan asal usul dan
tempat asal serta kebudayaannya.
Menurut William Kornblum, kelompok etnis
adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan
tertentu dan biasanya memiliki leluhur yang sama. Dalam pandangan Bruce J
Cohen, kelompok etnis dibedakan oleh karakteristik budaya yang dimiliki oleh
para anggotanya. Karakteristik itu meliputi agama, bahasa dan wilayah.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan,
sedangkan kesadaran dan identitas sering dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Dengan
pengertian tersebut, dapat kita lihat tiap-tiap anggota suku bangsa tentu akan
menggunakan identitas suku bangsanya dan tetap menjunjung tinggi kebudayaannya
walaupun mereka berada di tempat yang jauh dari daerah asalnya.
Suku bangsa
yang ada di Indonesia antara lain :
- di Pulau
Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu;
- di Pulau
Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb;
- di Pulau
Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb;
- di Pulau
Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow,
Gorontalo, dsb;
- di Nusa
Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
- di Kep.
Maluku dan Papua : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
Berkaitan dengan jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya.
Berkaitan dengan jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya.
a.
Koentjaraningrat
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut
1. Sumatra :
42 Suku Bangsa
2. Jawa dan
Madura : 8 Suku Bangsa
3. Bali dan
Lombok : 3 Suku Bangsa
4.
Kalimantan : 25 Suku Bangsa
5. Sulawesi
: 37 Suku Bangsa
6. Timor :
24 Suku Bangsa
7. Kepulauan
Barat Daya : 5 Suku Bangsa
8. Maluku :
9 Suku Bangsa
9. Ternate :
15 Suku Bangsa
10. Papua :
27 Suku Bangsa
Jumlah : 195
Suku Bangsa
b. M.A
Jaspan
Jumlah suku
bangsa yang ada di Indonesai menurut M.A Jaspan adalah sebagai berikut.
1. Sumatra :
49 Suku Bangsa
2. Jawa : 7
Suku Bangsa
3.
Kalimantar : 73 Suku Bangsa
4. Sulawesi
: 117 Suku Bangsa
5. Nusa
Tenggara : 30 Suku Bangsa
6. Maluku
dan Ambon : 41 Suku Bangsa
7. Papua :
49 Suku Bangsa
Jumlah : 366
Suku Bangsa
5.
Diferensiasi
Berdasarkan Klan
Klan (Clan) sering juga disebut kerabat luas
atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan
kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klan adalah sistem
sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi
pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis
ibu (matrilineal).
Klan atas
dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada:
• Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
• Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
§ Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring,
Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin;
§ Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang,
Siregar;
§ Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti,
Nasution, Batubara, Daulay.
• Masyarakat
Minahasa (klannya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan,
Pangkarego, Paat, Supit.
• Masyarakat
Ambon (klannya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul,
Manuhutu, Goeslaw.
• Masyarakat
Flores (klannya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa,
Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
Klen atas
dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat
Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari
kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang,
Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb.
Masyarakat
di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.
6.
Diferensiasi
Berdasarkan Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan
hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan
manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan
terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk
golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari
cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya.
Masing-masing
agama memiliki berbagai perbedaan. Perbedaan itu, diantaranya terletak pada
hal-hal sebagai berikut.
i.
Konsep Keimanan
Konsep
keimanan mengandung segala keyakinan manusia tentang Tuhan, alam ghaib, segalai
nilai, norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan.
ii.
Kitab Suci
Kitab suci
dijadikan sebagai pedoman dalam beribadah dan bertingkah laku sehari-hari. Kiab
suci agama di Indonesia, yaitu Al-Quran, Injil, Weda dan Tripitaka.
iii.
Sistem peribadatan
dan Upacara Keagamaan
Sistem
peribadatan pada tiap-tiap agama berbeda. Begitu juga dengan upacara keagamaan,
misalnya peringatan Idhul Fitri bagi umat Islam.
iv.
Hukum-Hukum
yang berlaku dalam Kehidupan
Agama diturunkan untuk mengatur kehidupan
sosial manusia agar dapat hidup selamat dunia dan akhirat. Dalam agama
diajarkan agar manusia saling menghormati, mencintai, selalu berbuat kebenaran,
menjauhi larangan, serta menghindari perpecahan dan permusuhan satu sama lain.
Diferensiasi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Gender
Untuk memahami konsep gender, kita harus
mampu membedakan kata gender dengan jenis kelamin. Antara gender dan jenis
kelami memiliki arti yang berbeda. Jenis kelamin merupakan penyifatan atau
pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis dan melekat
pada jenis kelami tertentu. Ciri-ciri biologis akan dengan mudah dapat
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya laki-laki memiliki jakun dan
memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi dan rahim.
Sedangkan gender adalah sifat yang melekat
pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk secara sosial dan kultural.
Misalnya, perempuan itu secara umum dikenal lemah lembut, emosional dan
keibuan. Sementara itu, laki-laki dianggap memiliki sifat rasional, jantan dan
perkasa. Walaupun begitu banyak juga perempuan yang kuat, rasional dan perkasa.
Sementara itu, banyak juga laki-laki yang emosional dan lemah lembut.
Menurut William Kornblum perbedaan jenis
kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis.
Perbedaan tersebut adalah karakteristik seks primer, seperti alat kelamin yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan dan karakteristik seks sekunder seperti
bentuk tubuh dan bentuk suara.
MOBILITAS SOSIAL
1.
Pengertian
Gerak sosial atau sosial mobility adalah
suatu gerak dalam struktur sosial (social structure). Struktur sosial mencakup
sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya. Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih
pekerjaan menjadi pemilik took buku, dia melakukan gerak sosial.
2.
Jenis-Jenis
Mobilitas Sosial
Ada dua tipe mobilitas sosial yang
utama yaitu mobilitas sosial yang horizontal dan vertikal.
a.
Mobilitas
sosial horizontal
Merupakan peralihan inividu atau objek-objek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Contohnya seseorang yang berlaih pekerjaan yang sederajat. Dengan
adanya mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang.
b.
Mobilitas
sosial vertikal
Merupakan perpindahan individu dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan
arahnya maka ada dua jenis mobilitas sosial vertikal, yaitu:
1) Social climbing, yaitu gerak mobilitas
sosial vertikal yang naik.
2) Social sinking, yaitu gerak mobilitas
sosial vertikal yang turun
Disamping itu ada dua jenis mobilitas sosial
vertikal lainnya yaitu:
1) Mobilitas intragenerasi, yaitu mobilitas
yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam tipe mobilitas intragenerasi terjadi
pula mobilitas yang naik dan turun.
2) Mobilitas antar generasi, yaitu mobilitas
yang terjadi dalam dua generasi. Dalam tipe mobilitas antar generasi terjadi
pula mobilitas yang naik dan turun.
3. Prinsip Umum Mobilitas sosial vertikal
a. Hampir
tidak ada masyarakat yang sistem lapisannya mutlak tertutup
b. Betapapun
terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang
bertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya.
c. Gerak
sosial yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidak ada.
d. Laju
gerak sosial yang vertikal disebabkan oleh factor-faktor ekonomi, politik serta
pekerjaan bebeda-beda.
e. Dalam
mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomis, politik dan pekerjaan,
tidak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju
gerak sosial.
4. Saluran Mobilitas sosial vertikal
Menurut
Pitirim A. Sorokin mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam
masyarakat yaitu:
1. Angkatan bersenjata → memainkan peranan
penting dalam masyarakat dengan sistem militerisme.
2. Lembaga keagamaan → merupakan saluran penting
dalam gerak sosial vertikal, dimana tokoh agama akan mendapatkan status sosial
yang tinggi dalam masyarakat.
3. Lembaga pendidikan → merupakan saluran
kongkret gerak sosial yang vertikal. Bahkan dianggap sebagai social elevator
yang bergerak dari keduduakn yang paling rendah ke kedudukan yang paling
tinggi.
4. Organisasi politik → Partai politik dapat
memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan
kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan berorganisasi dan sebagainya.
5. Organisasi ekonomi → perusahaan ekspor impor,
perusahaan asing, bank, travel bureau dan lain sebagainya memgang peranan
penting sebagai saluran dalam saluran gerak sosial yang bertikal.
6. Organisasi keahlian → Ikatan dokter Indoensia
(IDI), persatuan wartawan Indonesia (PWI), merupakan wadah yang dapat menampung
individu-individu dengan dengan masing-masing keahliannya untuk diperkenalkan
kepada masyarakat.
7. Perkawinan → seseorang yang menikah dengan
seseorang yang berasal dari lapisan atas dapat ikut naik kedudukannya. Akan
tetapi, hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi apbila dia menikah dengan
seseorang yang lebih rendah kedudukannya dalam masyarakat.
KONFLIK SOSIAL
A. Pengertian Konflik Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah
suatu proses sosial ketiak orang perorangan atau kelompok manusia berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman.
Akan tetapi pemahaman konflik lebih luas dari sekedar saling memukul. Ada pula
kondisi konflik, tetapi pihak-pihak yang berkonflik tidak saling menyerang
secara fisik. Menurut Robert M.Z Lawang konflik adalah perjuangan memperoleh
hal-hal yang langka seperti harta, status dan otoritas.
B. Perbedaan antara Konflik dan Kekerasan
Kekerasan (violence) berasal dari bahasa
latin violentia yang artinya penggunaan kekuatan fisik hingga dapat melukai.
Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan
cedera atau meninggalnya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain.
C. Pengendalian Konflik
Ada tiga
macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu:
1.
Konsiliasi → merupakan pengendalian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan-keputusan di antara pihak-pihak yang berlawanan mengani persoalan yang
mereka pertentangkan.
2. Mediasi → pengendalian konflik yang dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang terlibat konflik bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat-nasehatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.
2. Mediasi → pengendalian konflik yang dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang terlibat konflik bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat-nasehatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.
3. Arbitrasi
→ pengendalian konflik yang dilakukan apabila kedua belah pihak yang
bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak
ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi di antara mereka.
D.
Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Menurut Soerjono Seokanto sebab-sebab terjadinya konflik antara lain:
1. Perbedaan individu karena perbedaan perasaan dan pendirian.
2. Perbedaan kebudayaan karena kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya.
3. Perbedaan kepentingan baik kepentingan antara orang perorangan maupun antara kelompok.
4. Perubahan sosial yang cepat sehingga merubah nilai-nilai dalam masyarakat.
Menurut Soerjono Seokanto sebab-sebab terjadinya konflik antara lain:
1. Perbedaan individu karena perbedaan perasaan dan pendirian.
2. Perbedaan kebudayaan karena kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya.
3. Perbedaan kepentingan baik kepentingan antara orang perorangan maupun antara kelompok.
4. Perubahan sosial yang cepat sehingga merubah nilai-nilai dalam masyarakat.
Sedangkan
akibat yang ditimbulkan dari suatu konflik, antara lain
sebagai berikut:
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
2. Retaknya hubungan antar individu atau antar kelompok.
3. Perubahan kepribadian.
4. Dapat menghancurkan harta benda dan jatuhnya korban manusia.
5. Jika kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang, maka dapat dicapai akomodasi. Akan tetapi, jika tidak seimbang, mengakibatkan terjadinya dominasi salah satu kelompok terhadap kelompok lainnya.
sebagai berikut:
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
2. Retaknya hubungan antar individu atau antar kelompok.
3. Perubahan kepribadian.
4. Dapat menghancurkan harta benda dan jatuhnya korban manusia.
5. Jika kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang, maka dapat dicapai akomodasi. Akan tetapi, jika tidak seimbang, mengakibatkan terjadinya dominasi salah satu kelompok terhadap kelompok lainnya.
E. Integrasi
Sosial
Integrasi
sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme
struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi d atas dua landasan berikut:
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara sebagian besar anggota masyarakat.
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations).
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara sebagian besar anggota masyarakat.
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations).
Menurut
William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial
adalah:
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar